Selamat Datang di Situs Wajit Subang. Ayo Bersilaturahmi Dekatkan Rezeki!

Jumat, 08 Agustus 2008

Puasa di Pasiran Manggu

Bulan suci akan segera tiba. So what gitu lho? Oh... mudah-mudahan frase ini tidak terucap dari saya. Anggap saja itu ungkapan alien di planet antah berantah, yang belum mengenal siapa pencipta jagat ini. Bagi alien kemungkinan tidak ada yang suci di bumi, yang tampak adalah kapan dan bagaimana bumi ditaklukkan.

Seorang muslim pun tentu saja adalah seorang "penakluk". Bukan untuk menaklukkan bumi sebagai intruder atau dengan invasi layaknya alien. Juga bukan seperti cerita invasi ke Irak atau Afghanistan, atau aksi zionisme ke negeri Palestina, kemudian menduduki dan memporakporandakannya. Ya, kendati sama-sama sebagai penakluk, bagi seorang muslim tradisi penaklukkan yang diajarkan jauh berbeda. Dimensi dan content-nya amat sangat berbeda. Panjang kali lebar kali tinggi dan volumenya sama sekali tidak memiliki kesamaan.

Dimensi penaklukan seorang muslim tidak berbau materi, melainkan lebih transendental. Lebih maju dari sekedar penaklukkan bermotif minyak mentah atau perluasan ladang rezeki, kendati itu "diijinkan". Motif-motif itu kalaupun ada pada seorang muslim, idealnya adalah seperti remah-remah diantara jutaan butiran nasi. Seperti buih-buih ditengah samudera luas. Motif yang menonjol adalah ketuhanan semata. Yang ditaklukkanpun adalah hawa nafsu.

Muslim artinya berserah diri, sehingga sebagian besar tindakannya disandarkan atas ketaatan kepada khaliknya. Bukan karena tidak berakal, melainkan akalnya diarahkan untuk selalu mendekat kepada-Nya. Puasa adalah bagian dari metode penaklukkan itu. Sehingga saat seorang muslim mendapat perintah penaklukkan, semestinya kami mendengar dan kami taat.

Semasa kecil di Subang, atmosfir puasa sudah mulai terasa sejak bulan rewah (Sya'ban), bahkan beberapa bulan sebelumnya. Suka cita penyambutan puasa tergambar dari meningkatnya grafik ritual ibadah, lebih intensif dari sebelumnya. Tidak hanya orang tua, anak kecil pun terlibat dalam persiapan itu. Anak-anak yang biasanya bolong-bolong ke tajug atau mesjid, ujug-ujug rajin datang. Yang sholatnya sehari sekali pas maghrib aja, mendadak lebih dari lima kali sehari. Soalnya shalat sunnah pun ikut dikerjakan. Atau yang baca Qur'annya sekali seminggu pas baca Yassin aja, tiba-tiba tujuh kali seminggu. Tidak heran malam menjelang hari pertama puasa, tajug dan masjid mendadak penuh hingga ke serambi dan halaman depan. Tharawih pertama penuh sesak. Sebuah pemanasan puasa yang bagus!

Selepas tharawih adalah taddarus Al-Qur'an. Tentu saja, ngoprek adalah tradisi yang paling mengasyikan bagi anak-anak. Sebuah tradisi membangunkan macan tidur... eh salah ding! Membangunkan orang-orang yang mau sahur, dengan bunyi-bunyian atau lagu-lagu yang dibawakan dengan peralatan ala kadarnya. Saking ala kadarnya, terkadang ngga nyeni, suara sumbang pun jadi. Udara dingin dan rasa ngantuk, bukan masalah rasanya. Soalnya setiap bulan puasa adalah hari libur bagi anak sekolah. Sehingga anak-anak punya cukup waktu dan kemampuan untuk belajar mengikuti seluruh ritual puasa.

Setelah cukup tidur di pagi hari, saatnya mulai ngabuburit. Karena puasa sering bertepatan dengan musim kemarau, maka puasa artinya ngabuburit ke Pasiran Manggu, Pasiran Wuni atau Pasiran Simpur untuk kontes kolecer. Musim kemarau identik dengan musim angin, musim angin ya musim kolecer di Subang. Saking asyiknya main kolecer, sampai lupa akan rasa lapar. Terik matahari yang menyengat juga terabaikan dengan sekali-sekali nyebur ke kolam yang airnya jernih di dekat puncak Pasiran Manggu. Seperti diketahui, di Pasiran Manggu memang ada kolam berair jernih, tepatnya dibagian lereng yang menghadap ke arah Cipanas. Sambil menyelam, ya... benar-benar minum air. Semangat puasanya tetep!... tapi dasar anak kecil, hingga pulang ke rumah saat berbuka puasa, mengakunya tetap masih puasa... hi...hi...

Puasa memang berbeda dengan kewajiban bagi muslim lainnya. Jikalau yang lain menyaksikan kita shalat, berzakat, atau beribadah haji, maka kalau puasa hanya Allah dan dia saja yang mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa ia berpuasa. Itulah sebagian dari makna penaklukkan itu. Ibadah yang rahasia, Ibadah "penaklukkan". Selamat bersiap puasa!

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum...
Upami nyarios Pasiran Manggu, abdi mah sok emut lalampahan nuju SD dugi SMP...
Biasana di Pasiran Manggu masang KOLECER sareng Agus "Kerod" atanapi Pak Guru "Jumhur".
Salam,
Rudy H.

Anonim mengatakan...

Pami abdi mah ngabuburit teh sok ka Pasiran Simpur atanapi Pasiran dog-dog, nya kitu bae lah teu benten sareng kang rudi "KOKOLECERAN",