Selamat Datang di Situs Wajit Subang. Ayo Bersilaturahmi Dekatkan Rezeki!

Jumat, 28 November 2008

Makna Hidup

p = F/A

Masih ingat dengan rumus di atas?
Ya, benar... p yaitu tekanan, adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A). Rumus ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka suhu akan semakin tinggi. Atau semakin kecil luas permukaan, dengan gaya yang sama akan didapatkan tekanan yang lebih tinggi.

Rumus tersebut hanyalah salah satu yang masih tersisa di memori saya, sebagian besar yang dipelajari dalam ilmu fisika malah justru sudah banyak yang terlupa daripada teringat. Kapasitas RAM (Random Access Memory) yang mepet adalah sebabnya... atau bisa juga karena RAM telah terisi oleh task-task baru... tentu saja yang dominan adalah... rutinitas.. tas.. tas!

Dosen saya sewaktu di Streefood Project bilang, bahwa rumus tersebut adalah rumus Stress Management. Maksud saya adalah rumus tadi bukan sekedar rumus fisika melainkan juga sebagai rumus psikologi. Kira-kira seperti ini: jika p adalah tekanan hidup (stress) dan F adalah sejuta hal yang membuat anda terpojok, maka A adalah luas bidang tekan dalam hal ini katakanlah rasa syukur anda. Artinya yaitu tekanan hidup yang anda rasakan adalah berbanding lurus dengan sejuta hal yang membuat anda pusing tujuh keliling, dan berbanding terbalik dengan rasa syukur yang anda miliki. Semakin berlapang dada, maka semakin kecil tekanan yang menghimpit, meskipun berjuta hal memusingkan telah membuat anda limbung. Sebaliknya semakin berkecil hati, semakin besar tingkat stress yang anda alami.

Disaat krisis melanda seperti sekarang ini, potensi nilai p untuk meningkat tajam sangat tinggi. Akan tetapi Allah Swt. rupanya sangat adil, kita telah dibekali firewall canggih untuk menangkalnya. Tak lain adalah akal dan hati. Akal secara umum adalah instrumen untuk mengetahui dan memahami fenomena, sedangkan hati adalah instrumen untuk meyakini fenomena. Adapun hasil akhir dari kedua instrumen tersebut masing-masing adalah ilmu dan iman.

Bagi seorang muslim, tentu saja telah dianjurkan untuk mengoptimalkan fungsi keduanya. Sehingga diharapkan kejadian-kejadian seperti disorientasi, split personality, frustasi, depresi, bahkan sampai bunuh diri tidak pernah terlintas atau mampir dalam benak kita. Ilmu dan iman selalu mengawal kita dalam trek yang benar. Mungkin tidak seluruhnya jejak kita dalam trek illahi, namun ada saatnya kembali. Upaya memaknai hidup dengan lebih baik, kurang lebih sebagai upaya kita untuk tetap berada dalam trek tadi atau dalam bahasa lain adalah selalu dalam fitrah.

Dari buku yang pernah saya baca, sekurang-kurangnya ada tiga hal untuk memaknai hidup :
  • Meyakini nilai-nilai yang dianggap benar (spiritual), seperti sholat, puasa, zakat, berhaji, dan seterusnya.
  • Menghargai nilai-nilai berkarya dan berusaha, seberapa pun kecilnya usaha kita ada reward-nya dimata Allah Swt.
  • Menghargai nilai-nilai sosial (habluminannas), kepedulian terhadap sekitar membuat kita merasa berarti bagi yang lain.

Saya merasa tak berarti, tak bahagia, ... dan hal lain turunannya...? Jauh-jauh deh... !

Zorro pun yang alone ranger... ngga merasa loneliness ya!

Jumat, 21 November 2008

Sundanese Food Phenomenon

Pernahkah membayangkan manusia hidup tanpa makanan?

Gambaran yang agak dekat ada di film James Bond terbaru Quantum of Solace. Saat itu Dominic Greene musuh Bond "dibiarkan" hidup di tengah gurun pasir dengan kaki terluka, tanpa air, tanpa makanan, dan tanpa alat bantu lainnya. Bond hanya meninggalkan satu kaleng botol berisi oli mobil dari bagasi Range Rover-nya. Belakangan diketahui, Greene tewas dengan perut terisi oleh oli mobil yang ditinggalkan Bond. Sebuah satir dari keserakahan Greene yang bernafsu menguasai gurun pasir yang ujung-ujungnya adalah penguasaan sumberdaya air yang terkandung didalamnya. Dari film itu, sedikitnya tergambar bahwa manusia tidak mungkin lepas dari kebutuhan akan makanan dan minuman. Hanya untuk sekedar bertahan hidup sekalipun, apalagi jika mempertimbangkan terpenuhinya gizi bagi pertumbuhan dan kesehatan.

Syukurlah... itu hanya sepenggal kisah di film. Di alam nyata "nasib" kita lebih baik dan lebih beruntung dari Greene. Buktinya, di sekeliling kita mudah ditemui "sumber-sumber" makanan. Yang saya maksud adalah para penjual makanan, dari kelas gerobak dorong sampai resto terapung, dari kudapan (snack) sampai makanan berat (meal), dari kelas lokal sampai impor, dari kelas tradisional sampai kontemporer, dari kelas kaki lima (streetfood) sampai bintang lima, dari yang mandiri sampai waralaba (franchise), atau dari yang lesehan sampai kendaraan lewat (drive through).

Pasca krisis moneter yang berlanjut krisis ekonomi pada tahun 1998 (hmmm... sekarang masih krisis ngga ya?), mulai terlihat bisnis makanan memasuki masa-masa emas. Ditandai oleh maraknya kafe-kafe di perkotaan mulai kelas kafe tenda sampai kafe yang ekslusif di kawasan terpandang. Barangkali, makanan adalah salah satu pelarian di tengah-tengah tekanan ekonomi yang menghimpit... Rasanya perlu survei atau minimal jajak pendapat untuk membuktikan kaitan peningkatan nafsu makan dengan tingkat stress yang diderita...!

Jika Greene mengkampanyekan hidup lebih "hijau" sebagai reaksi atas pemanasan bumi (global warming), sehingga menjadi "jualan" negeri-negeri maju di berbagai forum mulai forum bilateral, unilateral, multilateral, regional bahkan global. Maka kesadaran hidup lebih "organik" pun melanda ranah kuliner, sebagai reaksi atas merebaknya instan food dan junk food.

Seiring booming kuliner yang didorong percepatannya oleh liputan di televisi Indonesia, dan kekhawatiran akan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, asam urat, dan obesitas, maka masakan nusantara atau lebih konvergen lagi masakan Sunda yang cenderung bermotif "organik" mulai diterima secara luas di masyarakat perkotaan.

Jika anda dari Tol Kebon Jeruk - Merak dan exit di gerbang tol Serpong, di sepanjang Jalan Raya Serpong cukup banyak dijumpai restoran yang representatif bernuansa Parahiangan, sebut saja: Pondok Kemangi, Warung Nasi Ampera, Waroeng Sunda, Bumbu Desa, Bumbu Sari, Rumah Makan IHC (Ibu Haji Ciganea), Sari Kuring, Kampoeng Aer, dll. Jika dikombinasikan dengan masakan laut (seafood) dan masakan Indonesia akan lebih banyak lagi resto yang cukup beken di sekitar Serpong, diantaranya: Sarang Kepiting, Raja Kepiting, Pesona Kepiting, D' Cost, Lautan Seafood, dan masih banyak lagi. Dijamin anda tidak akan kesulitan untuk memanjakan lidah anda jika melewati jalur "sutera" kuliner ini. Barangkali justru anda akan kesulitan mencari tempat parkir, gara-gara membludaknya peminat di tempat yang anda kunjungi.

Ada satu tempat favorit yang hampir setiap Sabtu atau Minggu pagi saya sambangi. Namun tidak seperti nama-nama beken diatas, yang ini tampilannya jauh dari wah... tidak juga berada di pusat kota yang prestisius. Tapi, selalu saja dipadati pengunjung yang membawa kendaraan. Letaknya kurang lebih lima kilo meter ke arah timur dari Puspitek Serpong. Bila sewaktu-waktu anda melewati ruas antara Puspitek menuju Gunung Sindur, disebelah kanan jalan anda akan menemukan banyak kendaraan sedang di parkir, tidak salah lagi anda telah sampai di warung makan Ibu Haji Nunung. Cobalah mampir!

Makanannya tidak cukup variatif, yang tersedia tidak jauh dari sop daging sapi, sayur asam, pepes tahu, pepes jamur, ikan goreng, tempe goreng, udang goreng terigu, sambal dan lalapan. Menu yang disajikan pun hampir tiap hari tidak banyak berubah. Dari sekian menu tadi, ada satu yang jarang ditemui di tempat lain yaitu acar mentimun. Berbeda halnya dengan acar mentimun biasa, di warung makan Ibu Haji Nunung mentimun masih terlihat utuh, hanya terdapat belahan menyilang dari atas ke bawah, tempat bumbu meresap. Tampak segar dan unik. Rasanya tentu saja sangat berbeda...!

Dari sisi penyajian juga sangat biasa, pengunjung bebas mengambil sendiri nasi dan lauk pauk yang diminati. Minuman pun hanya teh hangat atau paling banter teh manis, air jeruk dan beberapa teh dalam botol. Jangan membayangkan bisa lesehan atau menikmati gemericik air terjun buatan, atau partisi kaca yang dilewati air terjun mini disini. Atau sejuknya pendingin udara dan derit printer dari mesin cash register. Namun senyum tulus dan keramahan Ibu Haji Nunung, serta kesederhanaan itulah yang menjadi nilai tambah. Laiknya kita berada di rumah sendiri, tidak usah merogoh kocek yang agak dalam. Saat membayar pun tergantung kejujuran anda, termasuk jika anda lupa menyebutkan apa saja yang anda makan. Dan memang saatnya Masakan Indonesia, khususnya Masakan Sunda menjadi tuan di negerinya sendiri.

Ya, Sundanese Food Phenomenon!
Tidak semuanya dapat dijelaskan dan dimengerti, namun dapat dinikmati.

Sabtu, 15 November 2008

Roda Link Serpong

Bagi anda penggemar olah raga bersepeda, ada kabar gembira dari BSD City, Serpong Tangerang. RodaLink sebagai jejaring gerai sepeda, membuka gerai baru. Gerai terbaru ini, merupakan relokasi dari gerai sebelumnya di ruko Melati Mas Residence. Terletak kurang lebih 100 meter dari gerai lama. Tepatnya beralamat di:

RodaLink
Ruko Melati Mas Residence Blok SR 01 No.1
BSD City Tangerang
Telp. 021-53154450-1

Apa yang menarik di RodaLink Serpong?

Pertama, lokasi gerai ini kian strategis yaitu berdampingan dengan gerai Giant Hypermarket Melati Mas Residence yang berada digerbang masuk perumahan tersebut. Atau sekitar 100 meter dari gerbang utama BSD City di jalan raya Serpong dari arah Tangerang.

Kedua, gerai lebih eye catching. Hampir separuh dari tampak depan gerai, dihiasi oleh motif rantai sepeda berwarna merah. Sehingga tampak mencolok dan lebih mudah dilihat.

Ketiga, gerai lebih luas. RodaLink Serpong mengklaim merupakan gerai sepeda terluas di Indonesia. Diperkirakan menempati areal lebih dari 500 m2, dilokasi bekas resto Chicken Buffet samping kiri PermataBank cabang Serpong. Bahkan masuk Musium Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori Outlet Sepeda Terluas di Indonesia.

Keempat, gerai lebih modern, laiknya galeri sepeda dengan interior cukup mewah dan futuristik. Kesan ruko yang sumpek dilokasi lama, tidak tampak lagi digerai yang dibuka pada tanggal 9 November 2008 ini.

Kelima, koleksi sepeda, aksesoris dan suku cadang semakin lengkap. Jika anda hanya menemukan sepeda merk Polygon digerai yang lama, maka digerai ini anda akan menemukan merk sepeda lainnya, seperti Kona, Marin, Dahon, dan Colnago. Sedangkan aksesoris dan suku cadang tersedia dari beberapa merk, seperti: Shimano, Zefal, Topeak, fi'zi:k, Selle Royal, CatEye, Michelin, Panaracer, Finish Line, Thule, Minoura, Xzone, Cinelli, Marzocchi, dan Crops.

Dari mulai kategori sepeda kids bike, city bike, bmx, freestyle, cross country, all mountain, down hill, road racing, hybrid bike, sampai sepeda tandem & spesial. Atau dari suku cadang seperti tire, tube, saddle, chain, disc brake, handlebar, handle stem, stand, hub, freewheel, chainwheel, v-brake, brake lever, brake shoes, pedal, fender, shifter, brake cable, fork, sampai frame. Sedangkan aksesoris mulai dari front lamp, rear lamp, hand pump, floor pump, basket, bel, helmet, sunglasses, folding tool, bottle & cages, rack, jacket, polo, t-shirt, short line, kaus tangan, saddle bag, storage bracket, topi, sepatu, mirror, lock, mini computer, brake fluid, bike cover, babyseat, sampai car rack.

Selain penjualan, RodaLink Serpong juga melayani service. Hal yang terakhir ini tentu saja sangat penting bagi anda saat membeli sepeda.

Pokoknya... ngga salah jika anda mengagendakan kunjungan ke RodaLink di akhir pekan ini. Dijamin ngga bakal nyesel!

Tapi by the way anyway busway, apakah anda sudah menjadi masyarakat bike to work atau baru merencanakan? Saat ini adalah momen yang tepat, tunggu apalagi!

Lets go green, save the nature!

Kamis, 13 November 2008

Indocomtech 2008

Jangan Lewatkan!
Pameran Akbar Teknologi Komputer Akhir Tahun
Indocomtech 2008
telah dimulai
Jakarta, 12-16 November 2008
di
Jakarta Convention Center
Siapkan diri Anda!

Senin, 10 November 2008

Quantum of Solace

Sudah nonton film James Bond terbaru?

Quantum of Solace (QoS) adalah film Bond paling gres yang sedang tayang di bioskop saat ini. Di Indonesia, film yang bercerita tentang agen rahasia M16 milik Inggris ini, mulai tayang tanggal 5 November 2008.

Adakah hal menarik dari QoS?

Saya baru sempat nonton film ini Ahad malam, 9 November 2008 di Bioskop 21 WTC Serpong. Tertunda sehari dari rencana semula di hari Sabtu, karena cuaca hujan. Seperti diketahui bulan ini Jabotabek memasuki musim penghujan, sehingga cuaca mendung dengan diselingi hujan berintensitas ringan mulai menjadi pemandangan sehari-hari.

Jam menunjukkan pkl. 19.00 kala tiba di WTC Serpong. Berangkat dari rumah selepas shalat maghrib. Sebenarnya agak tergesa-gesa, khawatir ngga keburu kalau-kalau pengunjung ramai. Namun akhirnya lega juga, hall tiket terlihat sepi. Antrian terisi hanya oleh dua pasangan. Dari empat layar theater tampak dilayani cukup oleh seorang ticket girl, dan saat itu QoS berada di theater 1.

Tapi bukan 007 kalau "biasa-biasa" saja. Buktinya pada waktu di depan seat layout, sebagian besar kursi telah terisi. Row A - G dengan seat angka 4-13 yang menjadi center view sudah habis terjual. Pilihannya tinggal kursi di sayap kiri atau kanan, dan di row H ke atas. Jika di sayap kiri atau kanan, konsekuensinya sound system terdengar tidak balance. Sedangkan bila di row H ke atas, layar tampak sangat dekat, sehingga sudut pandang tidak cukup untuk mengimbangi lebar layar. Dua pilihan yang sama-sama sulit. Akhirnya pilihan jatuh di row H6 dan H7. Jadi secara horizontal agak ke tengah, tapi sudah lebih dekat ke arah layar, persis depan perlintasan dari pintu masuk.

QoS merupakan kelanjutan dari Casino Royale (2006). QoS adalah film Bond ke-22 yang telah berhasil diproduksi dan diedarkan. Di dua film terakhir ini, James Bond diperankan oleh Daniel Craig. Seperti tradisi film James Bond sebelumnya pemeran Bond selalu diperankan oleh aktor berdarah Inggris. Craig pun demikian, ia kelahiran Chester dan besar di Liverpool.

Di film ini, beberapa tradisi Bond tetap dipertahankan, sebut saja keberadaan Bond Girls, Aston Martin, dan Miss Moneypenny. Kali ini Bond Girls diperankan oleh Olga Kurylenko sebagai Camille. Selain itu selalu ada "Bond Girls" lainnya, dalam film ini Gemma Arterton berperan sebagai Agent Fields. Sedangkan Miss M diperankan kembali oleh Judi Dench.

Sejak berakhirnya era Pierce Brosnan, saya termasuk yang kurang bersemangat menonton Bond. Sepertinya Brosnan sudah cukup melekat dalam peran Bond. Sehingga pada saat Casino Royale dengan Craig sebagai pemeran Bond-nya, saya absen menonton di bioskop. Rupanya pemikiran saya hampir mirip dengan review kritisi film saat itu. Craig rasanya terlalu "kokoh", padahal dalam benak saya Bond tidak seperti Rambo yang sangat berotot itu.

Barangkali karena stereotip terhadap Craig, di film ini pun saya melihat banyak yang "hilang" dari Bond yang pernah saya tonton. Sebut saja seperti: Bond kali ini sangat "serius", padahal Bond sering tampil lucu melalui sindiran atau ungkapan-ungkapan lainnya. Bond yang pandai memikat wanita dengan gaya flamboyannya, juga sama sekali tak tampak. Arena pamer peranti teknologi canggih pun, kini tidak ada lagi. Padahal yang terakhir ini, adalah daya tarik yang sangat menonjol dari film-film Bond. Yang masih tersisa adalah adegan kejar-kejaran baik di darat dengan Aston Martin kebanggan Inggris itu, dan kejar-kejaran di air dan udara. Tema tentang penguasaan "sumberdaya" juga adalah hal lain yang masih bisa ditemui di film ini.

Durasi film QoS pun relatif lebih singkat, sekitar 90 menit. Karenanya pada adegan-adegan tertentu seperti saat kejar-kejaran di bagian awal film, pergerakan kamera terlalu cepat. Alhasil detil adegan tidak jelas, siapa menabrak apa, karena mirip penggunaan handycam di tangan amatir. Beberapa adegan juga terlihat terlalu "biasa" misalnya adegan ledakan-ledakan gedung di gurun pasir. Dari alur cerita, bahkan sangat monoton. Bond jadi seperti Rambo, banyak "membunuh". Jalan cerita sangat fokus kepada konflik internal Bond karena terbunuhnya Vesper Lynd yaitu Bond Girls di film Casino Royale sebelumnya. So, bagaimana kisah petualangan Bond selanjutnya akankah Box Office seperti Bond sebelum-sebelumnya. Masihkah terdengar lagi ungkapan I am Bond... James Bond!

Casting:

  • Daniel Craig (James Bond)
  • Olga Kurylenko (Camille)
  • Mathieu Amalric (Dominic Greene)
  • Judi Dench (M)
  • Jeffrey Wright (Felix Leiter)
  • Gemma Arterton (Agent Fields)

Filmography:

  • Quantum of Solace
  • Casino Royale
  • Die Another Day
  • The World is Not Enough
  • Tomorrow Never Dies
  • Golden Eye
  • License to Kill
  • The Living Daylights
  • A View to A Kill
  • Octopussy
  • For Your Eyes Only
  • Moonraker
  • The Spy Who Loved Me
  • The Man With The Golden Gun
  • Live and Let Die
  • Diamonds are Forever
  • On Her Majesty's Secret Service
  • You Only Live Twice
  • Thunderball
  • Goldfinger
  • From Russia With Love
  • Dr. No

Kamis, 06 November 2008

Barry dan Mimpi Kita

Barrack Obama Wins!

Demikianlah 5 November 2008, merupakan hari yang teramat penting dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Barrack Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 dan sebagai presiden terpilih pertama dari ras Afro-Amerika. Perjalanan yang cukup panjang bagi seorang ras bukan kulit putih untuk menjadi presiden di negara "demokratis" tersebut.

Faktanya tidak mudah bagi ras kulit lain, sekedar untuk menjadi calon presiden, bahkan sekedar untuk menjadi calon Senat sekalipun. Obama adalah fenomena, kalau tidak mau dikatakan sebagai pengecualian. Beberapa hal menjadi faktor pendorong, mengapa Obama terpilih.

Pertama, Obama terpilih disaat AS dilanda resesi ekonomi yang kronis, yang ditandai oleh penurunan daya beli masyarakat pekerja, pengangguran yang melangit, PHK yang merebak, anjloknya indikasi pasar finansial, kredit macet yang bersifat masal, sebagai dampak turunan dari lemahnya daya saing perekonomian AS di kancah perekonomian dunia. Jika boleh dibandingkan dengan kondisi Indonesia tahun 1998, kurang lebih krisis ini menjadi trigger bahwa masyarakat ingin perubahan. Kalau di Indonesia butuh "revolusi" untuk terjadinya suksesi, maka di AS krisis ekonomi saja sudah cukup.

Kedua, Obama terpilih disaat kinerja politik luar negeri AS menghadapi tantangan di banyak negara. Kegagalan misi militer di Irak, Afghanistan, Suriah, "permusuhan" terhadap Iran, Korea Utara dan Rusia, serta kampanye perang terhadap terorisme adalah sebagian kinerja negatif pemerintahan AS.

Ketiga, Obama terpilih saat publik AS sedang "alergi" dengan kepemimpinan George W. Bush yang berasal dari Partai Republik. Sehingga dukungan kepada partai Demokrat sebagai partai opisisi terbesar yang mengusung "perubahan" mengalir deras. Momentum tersebut, sesungguhnya kurang lebih mirip saat Pak Harto dipaksa lengser, dan dukungan terhadap Golkar sebagai partai incumbent melemah digantikan oleh Partai PDI Perjuangan, sampai akhirnya Megawati Soekarno Puteri mendapat peluang menjadi Presiden RI.

Lalu... euforia itu menyeruak tidak hanya di dalam negeri AS, melainkan dari ruang publik hingga ruang privat di belahan bumi lainnya. Bahkan di Indonesia tak kalah hebohnya, dari media masa sampai media komunitas, dari televisi berita sampai televisi infotainment, dari presiden sampai rakyat jelata, dari kota sampai ke desa. Persis layaknya di film Armagedon saat AS berhasil "menyelamatkan" dunia dari hantaman asteroid. Dimana seluruh bagian jagat ini, bersorak sorai dan ikut suka cita.

Sebagai bangsa yang hidup berdampingan, sepatutnya untuk menyampaikan Congratulation to Mr. US President! Seperti kita pun menyampaikan hal yang sama kepada Bpk. Ahmad Heryawan dan Bpk. Dede Yusuf atas terpilihnya menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Atau kepada Bpk. Aang Hamid Suganda dan Bpk. Aan Suharso atas terpilihnya menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kuningan.

Namun satu hal bahwa Amerika adalah negeri dengan sistem yang sudah terbentuk secara mapan. Artinya bahwa kebijakan politik, khususnya politik luar negeri AS terhadap negeri-negeri berkembang, atau lebih konvergen lagi terhadap negeri-negeri muslim, tidak serta merta akan berubah dengan terpilihnya Obama. Dengan kata lain, presiden boleh berganti tapi kebijakan akan tetap sama, atau partai berkuasa boleh berganti tetapi haluan politik luar negeri kurang lebih akan sama. Demikian halnya dalam cara pandang terhadap issue Irak, Afghanistan, Iran dan negeri muslim lainnya, karena seperti di Indonesia ada UUD 45, di AS pun ada amanat undang- undangnya. "Penyimpangan" terhadap undang-undang berarti pengkhianatan bagi negerinya.

Rasanya perlu dicermati pula seperti pernyataan Presiden Rusia Dimitri Medvedev kemarin yang mengatakan bahwa Amerika adalah biang dari kekacuan dunia. Dari lubuk hati terdalam, awam pun akan berkata demikian, terbukti tatanan politik dan ekonomi dunia sangat rentan dengan kondisi di AS. Saat AS memasuki resesi ekonomi, Indonesia justru terseret-seret dengan indikasi nilai tukar rupiah dan bursa saham rontok. Demikian halnya saat AS dalam kondisi diatas angin pun, dua indikator finansial itu pun tak kunjung membaik. Lagi-lagi semua karena ketergantungan terhadap mono cadangan devisa dalam USD.

Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa kemenangan Barrack Obama atas John Mc Cain dengan proporsi 349 delegasi dan 147 delegasi, ada baiknya ditempatkan secara proporsional pula. Dapat dimaklumi bahwa profil Obama dianggap mewakili "kepentingan" dunia berkembang, disebabkan "keterkaitan" dengan tanah kelahiran orang tuanya di Kenya, Afrika. Atau bagi Indonesia, serasa ikut "memiliki" karena pada timeline history, Obama pernah menjadi bagian masyarakat Indonesia dari tahun 1968-1971. Namun pada muaranya, kemandirian secara politik dan ekonomi Indonesia adalah jauh lebih penting.

Euforia tentang Barry kecil yang pernah bersekolah di SDN 01 Menteng Jakarta Pusat, pernah diasuh oleh kakak angkat pribumi, pernah memiliki keluarga di Indonesia, perasaan mengenal secara dekat dengannya dimasa itu, dan kisah sentimental lainnya tidaklah sepenuhnya keliru. Namun jika sebagai bangsa lantas merasa geer bahwa dengan terpilihnya Barry... nasib kita serta merta akan berubah? Rasa-rasanya ada yang salah dalam diri kita. Good Luck Barry!


Biografi Singkat Barrack Obama (dari beberapa sumber):

  • Tanggal lahir: 4 Agustus 1961
  • Tempat lahir: Honolulu, Hawaii, USA
  • Pendidikan: Ilmu Politik dari Columbia University, Pendidikan Hukum dari Harvard Law School
  • Asal Partai Politik: Demokrat
  • Orang tua: Barrack Obama Sr. (lahir di Kenya, Afrika) & Ann Dunham (Besar di Kansas, USA)
  • Isteri: Michelle Robinson
  • Anak: Sasha (6) dan Malia (9)
  • Karir Politik Terakhir: Senat dari Illinois State

Minggu, 02 November 2008

I am Online di Subang! (Bagian ke-2)

Senin, 29 September 2008 adalah hari ke-29 puasa.

Puncak arus mudik tampaknya sudah lewat, karena hari libur resmi Lebaran 1429 H telah dimulai pada hari Sabtu yang lalu. Melihat pengalaman di masa lalu, puncak arus mudik biasanya bertepatan dengan awal liburan seperti hari Sabtu dan Minggu. Itu artinya jalur Pantura sebagai jalur utama mudik menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur, diperkirakan akan lancar.

Dugaan saya ternyata benar. Sejak naik bis dari Terminal Baranangsiang Bogor, penumpang umum sudah mulai jarang. Bis Indah Murni yang saya tumpangi, agak lama ngetem untuk mengisi penumpang. Saat melintas di tol Jagorawi pun suasana lalu lintas sudah lengang, sehingga perjalanan menuju Terminal Pulogadung ditempuh tidak lebih dari satu jam. Suasana yang sulit dijumpai pada hari-hari biasa di Jakarta.

Sayang kondisi ini menjadi antiklimaks bagi bis-bis umum antar kota. Bis-bis tujuan Cirebon dan Kuningan cukup banyak yang ngetem tanpa penumpang. Saya berdua termasuk penumpang pertama di bis Sahabat yang dinaiki di lajur ngetem. Penantian berjam-jam di lajur itu, hanya menambah sepasang suami istri dan seorang bayi sebagai penumpang baru. Akhirnya, awak bus berinisiatif memindahkan kami ke bis Sahabat lain yang relatif terisi oleh penumpang.

Pemandangan ini saya amati sudah mulai berlangsung sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Kini, para pemudik lebih memilih sepeda motor sebagai moda transportasi. Praktis atmosfir berbagai terminal pemberangkatan mudik, yang semula identik dengan kepadatan calon penumpang, rebutan bis dan tempat duduk, kelangkaan armada, hiruk pikuk para calo, sekarang sudah berubah.

Dominasi sepeda motor saat ini lebih mewarnai jalur mudik. Pertumbuhan angka jumlah sepeda motor belakangan ini, mulai terasa paska krisis moneter 1998. Kemungkinan fenomena ini terkait dengan kenaikan ongkos angkutan umum yang relatif tinggi, sebagai dampak kenaikan harga BBM yang telah berkali-kali. Penyebaran outlet atau dealer sepeda motor hingga ke pelosok kampung dari yang kelas authorized dealer sampai yang kelas "tenda", dengan berbagai iming-iming teknik pemasaran, didukung pertumbuhan leasing bak jamur di musim hujan dan kemudahan layanan, telah memudahkan konsumen untuk memindahkan sepeda motor itu dari ruang pamer ke ruang keluarga. Sehingga bisa jadi, mudik dengan bersepeda motor lebih efisien dan lebih praktis, meskipun harus menanggung resiko yang lebih tinggi di perjalanan.

Sebenarnya ada niatan untuk menjajal koneksi Matrix broadband 3,5G, ketika menunggu waktu keberangkatan Sahabat. Namun niat itu urung, mengingat faktor keamanan. Berbeda dengan moda angkutan kereta api seperti Cirebon Express yang masih memungkinkan mengakses gadget laiknya handphone atau mungkin notebook, di bis-bis umum rasanya hal itu belum memungkinkan. Barangkali sekian tahun ke depan... hmmm... siapa tahu?

Akhirnya, kesempatan membuka notebook tiba..., tapi jangan salah itu terlaksana setelah tiba di kampung halaman, selesai menempuh perjalanan sejauh 18 jam!... ha.. ha.. ha..

Pagi keesokan hari di Subang, usai shaur terakhir dan shalat Subuh adalah hari yang membahagiakan. Berkumpul dengan orangtua dan seluruh keluarga adalah momen terbaik. Beban "perkotaan" laksana terlepas, memasuki oase yang menyejukan di penghujung ramadhan 1429 H. Hai... Subang... I am coming!

Apakah Subang masih seperti yang dulu?

Bisa ya bisa tidak. Tentu dengan berbagai perubahannya. Sekurang-kurangnya Subang sekarang masih menyisakan kehangatan, itu yang saya rasakan... seperti saat ini... menulis sedikit journey bagian pertama, dibangku kayu yang menghadap kolam ikan dan persawahan, dibelakang rumah dengan ditemani semilir angin... yes, I am online di Subang!

Subang Purwakarta maksud anda?

Bukan... bukan... ini adalah Subang Kuningan... Subang telah berubah sekarang... Subang has lived... on the internet! Tidak lagi seperti dulu... itulah constant change!