Selamat Datang di Situs Wajit Subang. Ayo Bersilaturahmi Dekatkan Rezeki!

Jumat, 26 Desember 2008

Selamat Tahun Baru 1430 H

Selamat Tahun Baru
1 Muharram 1430 H
adalah
Momentum untuk Berhijrah

Rabu, 24 Desember 2008

Kontemplasi

Di penghujung bulan ini ada dua momen penting. Dua-duanya menandai berakhirnya perhitungan tahun, pun mengawali tahun yang baru. Menjadi kian penting karena hampir bersamaan tahun 1429 Hijriyah akan segera digantikan dengan tahun 1430 Hijriyah, disusul oleh tahun 2008 yang akan segera berganti pula dengan tahun 2009.

Tidak semata merayakan detik-detik pergantian tahun dengan berbagai "tradisi", namun selalu ada harapan untuk memaknainya.

Pertama, Laporan Tahunan. Laiknya neraca keuangan, akhir tahun adalah periode tutup buku. Artinya adalah saat untuk melaporkan posisi, seberapa besar aktiva kebaikan di pos sebelah kiri, dan bagaimana konfigurasi upaya (equity) untuk memperbesar aset tersebut berupa pasiva di sebelah kanan.

Indikasi harapannya adalah tumbuh positif. Agar tampak perubahannya, maka laporan tahunan minimal disajikan year to year dua tahun terakhir, tentu jika lebih akan tampak kian jelas. Adakah pertumbuhan aset kebaikan dari tahun ke tahun?

Cobalah kita rinci kualitas aset kebaikan tadi. Pos aktiva paling atas tentu saja adalah tabungan atau kas amal baik harian, yang seketika itu juga kita mendapat balasannya. Sebagai contoh: tersenyum, mengucapkan salam, dan berzikir. Amalan dengan feedback relatif cepat. Pos berikutnya adalah piutang amalan, sebagai contoh adalah bekerja mencari nafkah. Di akhir bulan, upaya kerja keras selama sebulan akan menambah saldo rekening kita. Pos lainnya adalah inventori amalan. Harus selalu ada untuk terjaganya stok keimanan kita, seperti contoh: menuntut ilmu, bergaul dengan orang baik, dst. Semakin ke bawah dari urutan pos-pos tadi tentu saja semakin kurang likuiditasnya.

Itu baru current asset, bagaimana dengan fixed asset kita? Barangkali amalan berikut adalah sebagian diantaranya: sholat, zakat, puasa, sedekah dan beribadah haji. Semuanya adalah kebaikan dengan orientasi jauh ke depan, ada nilai jangka pendeknya, namun lebih banyak bernilai akhiratnya. Di pos ini, mesti berhati-hati karena ada penyusutan sebagai faktor pengurang. Sebut saja riya dan takabur. Amalan yang diperbuat dengan ikhlas, jelas akan tercatat menambah aset kebaikan, tanpa pengurang sedikit pun.

Kedua, Proyeksi. Banyak waktu dan tenaga telah dicurahkan untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang tengah dihadapi. Atau menjaga posisi seperti pada poin pertama tadi, atau men-zoom in terlalu lama target-target harian kita. Pada akhir tahun ini, adalah saatnya men-zoom out target-target dalam kontek timeline kehidupan ini. Recall memory merupakan salah satu upayanya, sehingga tampak mata rantai atau kaleideoskopnya. Adakah puncak-puncak terbaik yang telah dilewati? Atau justru palung-palung dalam lebih mendominasi rentang grafik kebaikan kita?

Kontemplasi atau muhasabbah adalah poinnya. Yaitu menempatkan perjalanan masa lalu untuk menjadi cerminan menentukkan langkah ke depan, sehingga tiap jejak terjaga dalam konteks. Upaya menimbang-menimbang, mengukur yang lebih dan yang kurang, bahkan bisa lebih kualitatif, seperti sudah diridloikah tiap nafas kita.

Jangan biarkan hidup tanpa target, atau bertarget tapi diluar konteks ilahiah. Bertargetlah setinggi langit... dan berupayalah membumikannya... tentu melalui do'a dan ikhtiar!

Saatnya berkontemplasi... Selamat Tahun Baru!

Kamis, 11 Desember 2008

Rese...si(h) Global

At first, I was afraid, I was petrified
Kept thinking, I could never live without you by my side
But then I spent so many nights thinking, how you did me wrong
And I grew strong and I learned how to get along

Oh, no, not I, I will survive
Oh, as long as I know how to love, I know I’ll stay alive
I’ve got all my life to live, I’ve got all my love to give
And I’ll survive, I will survive, hey, hey



Hari ini adalah Fresh Friday.

Hari kerja terakhir bagi sebagian besar pekerja di Jakarta. Ya, tentu saja menjelang weekend adalah hari dimana para pekerja bersemangat untuk datang ke kantor. Ibarat tensimeter, awal pekan selalu dihantui oleh I hate monday, lalu grafiknya perlahan merangkak naik hingga menggapai puncaknya di hari Jum'at.

Jika hari Senin, selalu ditandai oleh muka tertekuk dengan sejuta alasan untuk datang terlambat di tempat kerja, maka atmosfir di hari Jum'at sangat berbeda. Hari Jum'at adalah hari "batik nasional". Sebagian lainnya adalah hari "casual nasional". Di korporasi tertentu, pekerja menanggalkan seragam berdasi yang formal itu dengan seragam yang lebih fashionable. Biasanya bermotif lengan pendek dengan warna lebih atraktif dan colourfull, hingga atribut badge berupa logo dan jargon perusahaan yang tersebar dibagian baju ala sponsorship pembalap di sirkuit. Bahkan di tempat lain jeans dan t-shirt berkerah menjadi dresscode yang "halal" untuk dipakai.

Atmosfir lainnya adalah bike to work. Hari Jum'at yang relatif "longgar", menjadi hari yang dinanti oleh masyarakat Bike to Work untuk menggoes sepeda ke tempat kerja. Sepertinya cara ini cukup efektif untuk mensosialisasikan program udara bersih dan kebiasaan berolahraga. Di beberapa instansi pemerintah nuansa aerobik mania ala Cucak Rowo menghiasi halaman perkantoran di pagi hari. Barangkali ini menjadi sebuah breakthrough atas rutinitas harian yang cenderung satu tone.

Hmm... hari ini saya bersama Mba Yanti mengisi Fresh Friday dengan memenuhi undangan sebuah pembukaan plaza di bilangan Pondok Gede. Alunan lagu Gloria Gaynor seperti penggalan diatas baru saja berlalu. Lagu yang populer di era 70-an itu, dinyanyikan oleh Delia menandai usainya seremonial. Lalu, tepukan hadirin menyambutnya.

Kali ini Delia yang bergaun warna silver tampak silky. Rupanya Delia menjadi host di acara itu. Diiringi oleh band pemenang dalam kontes band di Sentra Bisnis Pondok Gede itu, pilihan lagu yang dibawakannya cukup tepat. I will Survive!

Pembukaan sebuah sentra bisnis kendati berupa perluasan dari yang eksisting, tampaknya cukup menantang di tengah-tengah resesi (global) seperti sekarang. Namun seperti yang dinyatakan oleh pengembangnya, bahwa keyakinan akan peluang di tengah kesempitan harus selalu ada. Bukan tanpa alasan, karena masa-masa sulit seperti krisis ekonomi tahun 1998 dan musibah kebakaran di tahun 2000 pernah dilaluinya. Artinya tanpa bermaksud takabur, jika dibandingkan dengan kondisi yang lalu, kondisi sekarang jauh lebih baik.

Saya rasa spirit optimisme inilah poinnya. Bahwa selalu ada celah diantara karang. Bahwa selalu ada cahaya diantara kegelapan. Bahwa selalu ada solusi diantara berjuta masalah. Bahwa selalu ada harapan ditengah keputusasaan. Maksud saya adalah meski resesi mendera, semestinya senyuman tetap mengembang... yah dunia adalah kumpulan masalah... life must go on, mari urai satu-satu dengan senyuman!

Berharap resesi (global) tidak menjadi rese... si(h) global! Yes, We will survive!



Minggu, 07 Desember 2008

Ayat Ayat Setia

Ada yang tersembunyi,
terasa tak terkatakan...
Ada yang terpateri padamu,
satu harapan...

Kurang lebih demikian, penggalan dari sebuah bait puisi di buku paket Mata Ajaran Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka semasa sekolah di SMA Negeri I Kuningan dulu. Persis dan lengkapnya... mohon maaf sudah terlupa.

Bait-bait puisi itu saya ingat-ingat, dan dikesempatan lain saat buku tugas dari tiap siswa dikumpulkan, saya sempatkan untuk menyalinnya... tentu saja bukan dibuku saya, melainkan dihalaman terakhir tepatnya dibagian dalam buku lovely girl... gadis impian... sebagai pesan singkat... the signal...ha..ha...!

Naksir sih iya, namun tak cukup keberanian untuk menyatakan diri heart to heart. Penggalan bait puisi itu, rasanya sangat mewakili apa yang tergerak dihati... daleeem!

Lagi-lagi itu dulu, waktu telah merubahnya. Rasanya kondisi anak muda sekarang jauh lebih ekspresif, lebih lugas, bahkan mungkin terlalu percaya diri, kalau ngga mau dikatakan nekat. Anda masih ingat, program-program televisi seperti: Katakan Cinta, Playboy Kabel, dan sejenisnya. Akan tergambar bahwa kawula muda kini memiliki energi berlebih untuk mengatakan "sesuatu" tidak hanya dari cowok ke cewek, akan tetapi bisa sebaliknya tanpa ragu... sekali lagi tanpa ragu...! Meskipun, hasilnya belum "terukur" sebelumnya, sehingga penolakan menjadi kenyataan pahit yang wajib dihadapi. Namanya juga usaha... kilahnya.

Saya pun sempat kaget, tatkala keponakan saya yang masih duduk di bangku SD kelas lima nyeletuk "Selingan Indah Keluarga Utuh", saat mengomentari topik terhangat di infotainment kini. Rupanya ekspose yang masif dari media masa seperti televisi, tabloid, majalah, koran, internet dan media privat seperti telepon selular, tidak menyisakan ruang personal tanpa terpapar berita-berita itu. Artis dengan gaya selebritas hingga bagian privatnya menjadi konsumsi dan bahan keingintahuan publik. Laiknya rumus demand & supply, artis dan industri infotainment bak gayung bersambut.

Wabah greene yang memandang rumput tetangga lebih "hijau", rupanya juga melanda hampir-hampir sebagian besar ikatan sakral, yang telah mapan sekalipun seperti perkawinan. Maksud saya, kasus selingkuh alias SLI, alias Selingan Indah Keluarga Utuh, alias ada WIL, atau ada PIL menjadi semakin sering dijumpai.

Lalu, dimana letak kejujuran dan kesetiaan kini?

Hmm... sudah saatnya mengaktifkan kembali antivirus... Selingkuh...The Virus! Tentu saja dengan cara meng-update definite kejujuran dan kesetiaan terbaru secara periodik, atau memperbaiki firewall dan defender keimanan setiap ada kesempatan. Atau mungkin dengan meng-cleaning hidden agenda dengan memperbaiki registry keterbukaan. Energi berlebih ada baiknya dialokasikan untuk merawat rumput dihalaman agar selalu hijau, mungkin bisa lebih hijau dari rumput "tetangga". Siapa tahu?

Intinya adalah integritas dan komitmen. Godaan mencoba dan berspekulasi memang terbuka luas, terlebih bagi mereka yang memegang kendali atas "fasilitas" penunjang ke arah itu. Mudah untuk terpeleset, namun sangat sulit untuk bangkit... berpikir ribuan kali mungkin lebih baik...! Jangan sampai Selingan Indah Keluarga Utuh berubah menjadi Selingan Indah Karir Runtuh atau Selingan Indah Keluarga Runtuh!

Waspadalah, tidak hanya karena niat tapi juga sebab ada kesempatan!

Jumat, 05 Desember 2008

Selamat Hari Raya Iedul Adha 1429 H

Selamat Merayakan Iedul Adha
10 Dzulhijah 1429 H
adalah...
Hari Berbagi dan Peduli Sesama

Selasa, 02 Desember 2008

Paperless

Ema ema meuli cabe,
boboko murag di dapur
Ema ema nyeri hate,
kabogoh di rebut batur

Hayang teuing rujak jambu,
ngeunah soteh dicikuran
Hayang teuing ka urang Cijambu,
geulis soteh dipupuran

Hmm... sudah cukup lama ya ngga mendengar baris-baris seperti itu. Itu adalah buah tangan semasa kecil, saat berlibur di rumah nenek di Pangandaran. Long time ago... kira-kira hampir tiga puluh tahun yang lalu... ha...ha... sekarang udah tuir dong!

Ketika kembali lagi ke Subang, ada "gadis kota" yang baru datang dan menjadi teman main. Sambil memeluk batang pohon kelapa, dinyanyiin deh baris-baris diatas, so sweet deh!

Dalam Budaya Sunda baris-baris itu disebut sisindiran. Yaitu bahasa yang diatur, biasanya murwakanti (memiliki kesamaan bunyi), dan bisa dinyanyikan (dikawihkeun), terdiri dari kulit (cangkang) dan isinya. Dua baris pertama adalah kulit dan dua baris terakhir adalah isinya. Semacam pantun dalam Budaya Melayu.

Selain sisindiran dikenal pula paparikan, rarakitan, dan sesebred. Budaya Sunda lainnya adalah Kinanti, Sinom, Asmarandana, Pupuh, dan Dangdanggula. Kesemuanya merupakan tradisi lisan dalam Budaya Sunda. Pada jamannya berfungsi sebagai media penyampai pesan, dan memiliki nilai kesenian.

Jaman telah bergeser, tradisi lisan kian ditinggalkan. Tradisi tulis dan cetak menggantikannya. Jika dulu mendongeng adalah tradisi tutur yang digemari, kini tradisi baca adalah penggantinya. Sehingga buku, majalah, tabloid, dan koran sesak memenuhi lemari-lemari perpustakaan. Sayangnya di Indonesia, sebelum budaya baca mengakar di masyarakat, teknologi visual sudah buru-buru hadir, sebut saja televisi, film, dan video. Sehingga disaat budaya baca belum internalized, tradisi tonton serta merta menggantikannya.

Tradisi tutur adalah tradisi "ramah lingkungan", karena identik dengan paperless. Tidak butuh berlembar-lembar kertas untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Semua konten tersimpan di memori kepala dengan rapi, dan siap dipanggil ulang saat akan dituturkan. Artinya kemampuan mengingat adalah kuncinya. Parameternya menjadi berbeda bila dibandingkan dengan masa sekarang. Jika "keilmuan" seseorang dimasa kini ditandai dengan deretan sekian banyak judul buku di perpustakaan pribadinya, maka pada masa yang lalu motifnya adalah seberapa banyak ia dapat bertutur dan menyimpan ilmu yang diketahui di dalam benaknya. Jadi seberapa banyak ia dapat menghafal? Bandingkan, hebat mana ya?

Maksud saya adalah meskipun teknologi kertas telah ditemukan berabad-abad yang lalu di Cina oleh Tsai Lun sekitar 105 M (lihat Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michel H. Hart), tetapi leluhur kita rupanya telah "sadar lingkungan". Penggunaan kertas yang berlebihan tentu akan menguras sumberdaya hayati, karena berarti semakin banyak pohon yang akan ditebang. Kian banyak hutan yang akan dirambah, maka semakin luas hutan yang berubah menjadi lahan marjinal hingga menjadi padang pasir...!

Sebelum semuanya terlambat, ada baiknya tradisi bijak masa lalu menjadi stimulus bagi kita. Sebagai contoh tradisi tutur tadi, semakin banyak mengingat rasanya akan semakin baik bagi kelestarian lingkungan, daripada semakin banyak mencetak... atau e-book mungkin lebih greene daripada hardbook... atau hal-hal yang tidak memerlukan otentisitas, second paper lebih tepat digunakan daripada new paper... atau recycle paper lebih bersahabat daripada kertas terbuang di keranjang sampah.

Tidak hanya dalam urusan tutur, orang dahulu juga bercita rasa dan sentimental dalam menyikapi situasi. Ketika mendengar cerita yang mengharu biru lewat dongeng dan sandiwara di radio, ia menghapus tangisan dengan sapu tangan. Bayangkan jika itu digunakan untuk menghapus derai air mata pasangan anda, dan anda yang melakukannya, kian romantis bukan?

Bandingkan juga saat orang dulu masuk ke toilet, semuanya dilakukan full hand contact dengan air sebagai media pembersih, lebih intim bukan? Atau saat pagi minum teh tubruk, lebih higienis dan bercita rasa bukan? Lagi-lagi semuanya paperless...!

Jadi gagasan go green, sebenarnya mudah untuk dimulai... tanpa kehilangan intimasi dan romantisme...! Maka bersiaplah dengan tradisi tutur yang baik, dan jangan lupa membawa sapu tangan, siapa tahu kesempatan itu ada... hmmm... menghapus air mata... siapa ya?

Entahlah...

Jumat, 28 November 2008

Makna Hidup

p = F/A

Masih ingat dengan rumus di atas?
Ya, benar... p yaitu tekanan, adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A). Rumus ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka suhu akan semakin tinggi. Atau semakin kecil luas permukaan, dengan gaya yang sama akan didapatkan tekanan yang lebih tinggi.

Rumus tersebut hanyalah salah satu yang masih tersisa di memori saya, sebagian besar yang dipelajari dalam ilmu fisika malah justru sudah banyak yang terlupa daripada teringat. Kapasitas RAM (Random Access Memory) yang mepet adalah sebabnya... atau bisa juga karena RAM telah terisi oleh task-task baru... tentu saja yang dominan adalah... rutinitas.. tas.. tas!

Dosen saya sewaktu di Streefood Project bilang, bahwa rumus tersebut adalah rumus Stress Management. Maksud saya adalah rumus tadi bukan sekedar rumus fisika melainkan juga sebagai rumus psikologi. Kira-kira seperti ini: jika p adalah tekanan hidup (stress) dan F adalah sejuta hal yang membuat anda terpojok, maka A adalah luas bidang tekan dalam hal ini katakanlah rasa syukur anda. Artinya yaitu tekanan hidup yang anda rasakan adalah berbanding lurus dengan sejuta hal yang membuat anda pusing tujuh keliling, dan berbanding terbalik dengan rasa syukur yang anda miliki. Semakin berlapang dada, maka semakin kecil tekanan yang menghimpit, meskipun berjuta hal memusingkan telah membuat anda limbung. Sebaliknya semakin berkecil hati, semakin besar tingkat stress yang anda alami.

Disaat krisis melanda seperti sekarang ini, potensi nilai p untuk meningkat tajam sangat tinggi. Akan tetapi Allah Swt. rupanya sangat adil, kita telah dibekali firewall canggih untuk menangkalnya. Tak lain adalah akal dan hati. Akal secara umum adalah instrumen untuk mengetahui dan memahami fenomena, sedangkan hati adalah instrumen untuk meyakini fenomena. Adapun hasil akhir dari kedua instrumen tersebut masing-masing adalah ilmu dan iman.

Bagi seorang muslim, tentu saja telah dianjurkan untuk mengoptimalkan fungsi keduanya. Sehingga diharapkan kejadian-kejadian seperti disorientasi, split personality, frustasi, depresi, bahkan sampai bunuh diri tidak pernah terlintas atau mampir dalam benak kita. Ilmu dan iman selalu mengawal kita dalam trek yang benar. Mungkin tidak seluruhnya jejak kita dalam trek illahi, namun ada saatnya kembali. Upaya memaknai hidup dengan lebih baik, kurang lebih sebagai upaya kita untuk tetap berada dalam trek tadi atau dalam bahasa lain adalah selalu dalam fitrah.

Dari buku yang pernah saya baca, sekurang-kurangnya ada tiga hal untuk memaknai hidup :
  • Meyakini nilai-nilai yang dianggap benar (spiritual), seperti sholat, puasa, zakat, berhaji, dan seterusnya.
  • Menghargai nilai-nilai berkarya dan berusaha, seberapa pun kecilnya usaha kita ada reward-nya dimata Allah Swt.
  • Menghargai nilai-nilai sosial (habluminannas), kepedulian terhadap sekitar membuat kita merasa berarti bagi yang lain.

Saya merasa tak berarti, tak bahagia, ... dan hal lain turunannya...? Jauh-jauh deh... !

Zorro pun yang alone ranger... ngga merasa loneliness ya!

Jumat, 21 November 2008

Sundanese Food Phenomenon

Pernahkah membayangkan manusia hidup tanpa makanan?

Gambaran yang agak dekat ada di film James Bond terbaru Quantum of Solace. Saat itu Dominic Greene musuh Bond "dibiarkan" hidup di tengah gurun pasir dengan kaki terluka, tanpa air, tanpa makanan, dan tanpa alat bantu lainnya. Bond hanya meninggalkan satu kaleng botol berisi oli mobil dari bagasi Range Rover-nya. Belakangan diketahui, Greene tewas dengan perut terisi oleh oli mobil yang ditinggalkan Bond. Sebuah satir dari keserakahan Greene yang bernafsu menguasai gurun pasir yang ujung-ujungnya adalah penguasaan sumberdaya air yang terkandung didalamnya. Dari film itu, sedikitnya tergambar bahwa manusia tidak mungkin lepas dari kebutuhan akan makanan dan minuman. Hanya untuk sekedar bertahan hidup sekalipun, apalagi jika mempertimbangkan terpenuhinya gizi bagi pertumbuhan dan kesehatan.

Syukurlah... itu hanya sepenggal kisah di film. Di alam nyata "nasib" kita lebih baik dan lebih beruntung dari Greene. Buktinya, di sekeliling kita mudah ditemui "sumber-sumber" makanan. Yang saya maksud adalah para penjual makanan, dari kelas gerobak dorong sampai resto terapung, dari kudapan (snack) sampai makanan berat (meal), dari kelas lokal sampai impor, dari kelas tradisional sampai kontemporer, dari kelas kaki lima (streetfood) sampai bintang lima, dari yang mandiri sampai waralaba (franchise), atau dari yang lesehan sampai kendaraan lewat (drive through).

Pasca krisis moneter yang berlanjut krisis ekonomi pada tahun 1998 (hmmm... sekarang masih krisis ngga ya?), mulai terlihat bisnis makanan memasuki masa-masa emas. Ditandai oleh maraknya kafe-kafe di perkotaan mulai kelas kafe tenda sampai kafe yang ekslusif di kawasan terpandang. Barangkali, makanan adalah salah satu pelarian di tengah-tengah tekanan ekonomi yang menghimpit... Rasanya perlu survei atau minimal jajak pendapat untuk membuktikan kaitan peningkatan nafsu makan dengan tingkat stress yang diderita...!

Jika Greene mengkampanyekan hidup lebih "hijau" sebagai reaksi atas pemanasan bumi (global warming), sehingga menjadi "jualan" negeri-negeri maju di berbagai forum mulai forum bilateral, unilateral, multilateral, regional bahkan global. Maka kesadaran hidup lebih "organik" pun melanda ranah kuliner, sebagai reaksi atas merebaknya instan food dan junk food.

Seiring booming kuliner yang didorong percepatannya oleh liputan di televisi Indonesia, dan kekhawatiran akan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, asam urat, dan obesitas, maka masakan nusantara atau lebih konvergen lagi masakan Sunda yang cenderung bermotif "organik" mulai diterima secara luas di masyarakat perkotaan.

Jika anda dari Tol Kebon Jeruk - Merak dan exit di gerbang tol Serpong, di sepanjang Jalan Raya Serpong cukup banyak dijumpai restoran yang representatif bernuansa Parahiangan, sebut saja: Pondok Kemangi, Warung Nasi Ampera, Waroeng Sunda, Bumbu Desa, Bumbu Sari, Rumah Makan IHC (Ibu Haji Ciganea), Sari Kuring, Kampoeng Aer, dll. Jika dikombinasikan dengan masakan laut (seafood) dan masakan Indonesia akan lebih banyak lagi resto yang cukup beken di sekitar Serpong, diantaranya: Sarang Kepiting, Raja Kepiting, Pesona Kepiting, D' Cost, Lautan Seafood, dan masih banyak lagi. Dijamin anda tidak akan kesulitan untuk memanjakan lidah anda jika melewati jalur "sutera" kuliner ini. Barangkali justru anda akan kesulitan mencari tempat parkir, gara-gara membludaknya peminat di tempat yang anda kunjungi.

Ada satu tempat favorit yang hampir setiap Sabtu atau Minggu pagi saya sambangi. Namun tidak seperti nama-nama beken diatas, yang ini tampilannya jauh dari wah... tidak juga berada di pusat kota yang prestisius. Tapi, selalu saja dipadati pengunjung yang membawa kendaraan. Letaknya kurang lebih lima kilo meter ke arah timur dari Puspitek Serpong. Bila sewaktu-waktu anda melewati ruas antara Puspitek menuju Gunung Sindur, disebelah kanan jalan anda akan menemukan banyak kendaraan sedang di parkir, tidak salah lagi anda telah sampai di warung makan Ibu Haji Nunung. Cobalah mampir!

Makanannya tidak cukup variatif, yang tersedia tidak jauh dari sop daging sapi, sayur asam, pepes tahu, pepes jamur, ikan goreng, tempe goreng, udang goreng terigu, sambal dan lalapan. Menu yang disajikan pun hampir tiap hari tidak banyak berubah. Dari sekian menu tadi, ada satu yang jarang ditemui di tempat lain yaitu acar mentimun. Berbeda halnya dengan acar mentimun biasa, di warung makan Ibu Haji Nunung mentimun masih terlihat utuh, hanya terdapat belahan menyilang dari atas ke bawah, tempat bumbu meresap. Tampak segar dan unik. Rasanya tentu saja sangat berbeda...!

Dari sisi penyajian juga sangat biasa, pengunjung bebas mengambil sendiri nasi dan lauk pauk yang diminati. Minuman pun hanya teh hangat atau paling banter teh manis, air jeruk dan beberapa teh dalam botol. Jangan membayangkan bisa lesehan atau menikmati gemericik air terjun buatan, atau partisi kaca yang dilewati air terjun mini disini. Atau sejuknya pendingin udara dan derit printer dari mesin cash register. Namun senyum tulus dan keramahan Ibu Haji Nunung, serta kesederhanaan itulah yang menjadi nilai tambah. Laiknya kita berada di rumah sendiri, tidak usah merogoh kocek yang agak dalam. Saat membayar pun tergantung kejujuran anda, termasuk jika anda lupa menyebutkan apa saja yang anda makan. Dan memang saatnya Masakan Indonesia, khususnya Masakan Sunda menjadi tuan di negerinya sendiri.

Ya, Sundanese Food Phenomenon!
Tidak semuanya dapat dijelaskan dan dimengerti, namun dapat dinikmati.

Sabtu, 15 November 2008

Roda Link Serpong

Bagi anda penggemar olah raga bersepeda, ada kabar gembira dari BSD City, Serpong Tangerang. RodaLink sebagai jejaring gerai sepeda, membuka gerai baru. Gerai terbaru ini, merupakan relokasi dari gerai sebelumnya di ruko Melati Mas Residence. Terletak kurang lebih 100 meter dari gerai lama. Tepatnya beralamat di:

RodaLink
Ruko Melati Mas Residence Blok SR 01 No.1
BSD City Tangerang
Telp. 021-53154450-1

Apa yang menarik di RodaLink Serpong?

Pertama, lokasi gerai ini kian strategis yaitu berdampingan dengan gerai Giant Hypermarket Melati Mas Residence yang berada digerbang masuk perumahan tersebut. Atau sekitar 100 meter dari gerbang utama BSD City di jalan raya Serpong dari arah Tangerang.

Kedua, gerai lebih eye catching. Hampir separuh dari tampak depan gerai, dihiasi oleh motif rantai sepeda berwarna merah. Sehingga tampak mencolok dan lebih mudah dilihat.

Ketiga, gerai lebih luas. RodaLink Serpong mengklaim merupakan gerai sepeda terluas di Indonesia. Diperkirakan menempati areal lebih dari 500 m2, dilokasi bekas resto Chicken Buffet samping kiri PermataBank cabang Serpong. Bahkan masuk Musium Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori Outlet Sepeda Terluas di Indonesia.

Keempat, gerai lebih modern, laiknya galeri sepeda dengan interior cukup mewah dan futuristik. Kesan ruko yang sumpek dilokasi lama, tidak tampak lagi digerai yang dibuka pada tanggal 9 November 2008 ini.

Kelima, koleksi sepeda, aksesoris dan suku cadang semakin lengkap. Jika anda hanya menemukan sepeda merk Polygon digerai yang lama, maka digerai ini anda akan menemukan merk sepeda lainnya, seperti Kona, Marin, Dahon, dan Colnago. Sedangkan aksesoris dan suku cadang tersedia dari beberapa merk, seperti: Shimano, Zefal, Topeak, fi'zi:k, Selle Royal, CatEye, Michelin, Panaracer, Finish Line, Thule, Minoura, Xzone, Cinelli, Marzocchi, dan Crops.

Dari mulai kategori sepeda kids bike, city bike, bmx, freestyle, cross country, all mountain, down hill, road racing, hybrid bike, sampai sepeda tandem & spesial. Atau dari suku cadang seperti tire, tube, saddle, chain, disc brake, handlebar, handle stem, stand, hub, freewheel, chainwheel, v-brake, brake lever, brake shoes, pedal, fender, shifter, brake cable, fork, sampai frame. Sedangkan aksesoris mulai dari front lamp, rear lamp, hand pump, floor pump, basket, bel, helmet, sunglasses, folding tool, bottle & cages, rack, jacket, polo, t-shirt, short line, kaus tangan, saddle bag, storage bracket, topi, sepatu, mirror, lock, mini computer, brake fluid, bike cover, babyseat, sampai car rack.

Selain penjualan, RodaLink Serpong juga melayani service. Hal yang terakhir ini tentu saja sangat penting bagi anda saat membeli sepeda.

Pokoknya... ngga salah jika anda mengagendakan kunjungan ke RodaLink di akhir pekan ini. Dijamin ngga bakal nyesel!

Tapi by the way anyway busway, apakah anda sudah menjadi masyarakat bike to work atau baru merencanakan? Saat ini adalah momen yang tepat, tunggu apalagi!

Lets go green, save the nature!

Kamis, 13 November 2008

Indocomtech 2008

Jangan Lewatkan!
Pameran Akbar Teknologi Komputer Akhir Tahun
Indocomtech 2008
telah dimulai
Jakarta, 12-16 November 2008
di
Jakarta Convention Center
Siapkan diri Anda!

Senin, 10 November 2008

Quantum of Solace

Sudah nonton film James Bond terbaru?

Quantum of Solace (QoS) adalah film Bond paling gres yang sedang tayang di bioskop saat ini. Di Indonesia, film yang bercerita tentang agen rahasia M16 milik Inggris ini, mulai tayang tanggal 5 November 2008.

Adakah hal menarik dari QoS?

Saya baru sempat nonton film ini Ahad malam, 9 November 2008 di Bioskop 21 WTC Serpong. Tertunda sehari dari rencana semula di hari Sabtu, karena cuaca hujan. Seperti diketahui bulan ini Jabotabek memasuki musim penghujan, sehingga cuaca mendung dengan diselingi hujan berintensitas ringan mulai menjadi pemandangan sehari-hari.

Jam menunjukkan pkl. 19.00 kala tiba di WTC Serpong. Berangkat dari rumah selepas shalat maghrib. Sebenarnya agak tergesa-gesa, khawatir ngga keburu kalau-kalau pengunjung ramai. Namun akhirnya lega juga, hall tiket terlihat sepi. Antrian terisi hanya oleh dua pasangan. Dari empat layar theater tampak dilayani cukup oleh seorang ticket girl, dan saat itu QoS berada di theater 1.

Tapi bukan 007 kalau "biasa-biasa" saja. Buktinya pada waktu di depan seat layout, sebagian besar kursi telah terisi. Row A - G dengan seat angka 4-13 yang menjadi center view sudah habis terjual. Pilihannya tinggal kursi di sayap kiri atau kanan, dan di row H ke atas. Jika di sayap kiri atau kanan, konsekuensinya sound system terdengar tidak balance. Sedangkan bila di row H ke atas, layar tampak sangat dekat, sehingga sudut pandang tidak cukup untuk mengimbangi lebar layar. Dua pilihan yang sama-sama sulit. Akhirnya pilihan jatuh di row H6 dan H7. Jadi secara horizontal agak ke tengah, tapi sudah lebih dekat ke arah layar, persis depan perlintasan dari pintu masuk.

QoS merupakan kelanjutan dari Casino Royale (2006). QoS adalah film Bond ke-22 yang telah berhasil diproduksi dan diedarkan. Di dua film terakhir ini, James Bond diperankan oleh Daniel Craig. Seperti tradisi film James Bond sebelumnya pemeran Bond selalu diperankan oleh aktor berdarah Inggris. Craig pun demikian, ia kelahiran Chester dan besar di Liverpool.

Di film ini, beberapa tradisi Bond tetap dipertahankan, sebut saja keberadaan Bond Girls, Aston Martin, dan Miss Moneypenny. Kali ini Bond Girls diperankan oleh Olga Kurylenko sebagai Camille. Selain itu selalu ada "Bond Girls" lainnya, dalam film ini Gemma Arterton berperan sebagai Agent Fields. Sedangkan Miss M diperankan kembali oleh Judi Dench.

Sejak berakhirnya era Pierce Brosnan, saya termasuk yang kurang bersemangat menonton Bond. Sepertinya Brosnan sudah cukup melekat dalam peran Bond. Sehingga pada saat Casino Royale dengan Craig sebagai pemeran Bond-nya, saya absen menonton di bioskop. Rupanya pemikiran saya hampir mirip dengan review kritisi film saat itu. Craig rasanya terlalu "kokoh", padahal dalam benak saya Bond tidak seperti Rambo yang sangat berotot itu.

Barangkali karena stereotip terhadap Craig, di film ini pun saya melihat banyak yang "hilang" dari Bond yang pernah saya tonton. Sebut saja seperti: Bond kali ini sangat "serius", padahal Bond sering tampil lucu melalui sindiran atau ungkapan-ungkapan lainnya. Bond yang pandai memikat wanita dengan gaya flamboyannya, juga sama sekali tak tampak. Arena pamer peranti teknologi canggih pun, kini tidak ada lagi. Padahal yang terakhir ini, adalah daya tarik yang sangat menonjol dari film-film Bond. Yang masih tersisa adalah adegan kejar-kejaran baik di darat dengan Aston Martin kebanggan Inggris itu, dan kejar-kejaran di air dan udara. Tema tentang penguasaan "sumberdaya" juga adalah hal lain yang masih bisa ditemui di film ini.

Durasi film QoS pun relatif lebih singkat, sekitar 90 menit. Karenanya pada adegan-adegan tertentu seperti saat kejar-kejaran di bagian awal film, pergerakan kamera terlalu cepat. Alhasil detil adegan tidak jelas, siapa menabrak apa, karena mirip penggunaan handycam di tangan amatir. Beberapa adegan juga terlihat terlalu "biasa" misalnya adegan ledakan-ledakan gedung di gurun pasir. Dari alur cerita, bahkan sangat monoton. Bond jadi seperti Rambo, banyak "membunuh". Jalan cerita sangat fokus kepada konflik internal Bond karena terbunuhnya Vesper Lynd yaitu Bond Girls di film Casino Royale sebelumnya. So, bagaimana kisah petualangan Bond selanjutnya akankah Box Office seperti Bond sebelum-sebelumnya. Masihkah terdengar lagi ungkapan I am Bond... James Bond!

Casting:

  • Daniel Craig (James Bond)
  • Olga Kurylenko (Camille)
  • Mathieu Amalric (Dominic Greene)
  • Judi Dench (M)
  • Jeffrey Wright (Felix Leiter)
  • Gemma Arterton (Agent Fields)

Filmography:

  • Quantum of Solace
  • Casino Royale
  • Die Another Day
  • The World is Not Enough
  • Tomorrow Never Dies
  • Golden Eye
  • License to Kill
  • The Living Daylights
  • A View to A Kill
  • Octopussy
  • For Your Eyes Only
  • Moonraker
  • The Spy Who Loved Me
  • The Man With The Golden Gun
  • Live and Let Die
  • Diamonds are Forever
  • On Her Majesty's Secret Service
  • You Only Live Twice
  • Thunderball
  • Goldfinger
  • From Russia With Love
  • Dr. No

Kamis, 06 November 2008

Barry dan Mimpi Kita

Barrack Obama Wins!

Demikianlah 5 November 2008, merupakan hari yang teramat penting dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Barrack Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 dan sebagai presiden terpilih pertama dari ras Afro-Amerika. Perjalanan yang cukup panjang bagi seorang ras bukan kulit putih untuk menjadi presiden di negara "demokratis" tersebut.

Faktanya tidak mudah bagi ras kulit lain, sekedar untuk menjadi calon presiden, bahkan sekedar untuk menjadi calon Senat sekalipun. Obama adalah fenomena, kalau tidak mau dikatakan sebagai pengecualian. Beberapa hal menjadi faktor pendorong, mengapa Obama terpilih.

Pertama, Obama terpilih disaat AS dilanda resesi ekonomi yang kronis, yang ditandai oleh penurunan daya beli masyarakat pekerja, pengangguran yang melangit, PHK yang merebak, anjloknya indikasi pasar finansial, kredit macet yang bersifat masal, sebagai dampak turunan dari lemahnya daya saing perekonomian AS di kancah perekonomian dunia. Jika boleh dibandingkan dengan kondisi Indonesia tahun 1998, kurang lebih krisis ini menjadi trigger bahwa masyarakat ingin perubahan. Kalau di Indonesia butuh "revolusi" untuk terjadinya suksesi, maka di AS krisis ekonomi saja sudah cukup.

Kedua, Obama terpilih disaat kinerja politik luar negeri AS menghadapi tantangan di banyak negara. Kegagalan misi militer di Irak, Afghanistan, Suriah, "permusuhan" terhadap Iran, Korea Utara dan Rusia, serta kampanye perang terhadap terorisme adalah sebagian kinerja negatif pemerintahan AS.

Ketiga, Obama terpilih saat publik AS sedang "alergi" dengan kepemimpinan George W. Bush yang berasal dari Partai Republik. Sehingga dukungan kepada partai Demokrat sebagai partai opisisi terbesar yang mengusung "perubahan" mengalir deras. Momentum tersebut, sesungguhnya kurang lebih mirip saat Pak Harto dipaksa lengser, dan dukungan terhadap Golkar sebagai partai incumbent melemah digantikan oleh Partai PDI Perjuangan, sampai akhirnya Megawati Soekarno Puteri mendapat peluang menjadi Presiden RI.

Lalu... euforia itu menyeruak tidak hanya di dalam negeri AS, melainkan dari ruang publik hingga ruang privat di belahan bumi lainnya. Bahkan di Indonesia tak kalah hebohnya, dari media masa sampai media komunitas, dari televisi berita sampai televisi infotainment, dari presiden sampai rakyat jelata, dari kota sampai ke desa. Persis layaknya di film Armagedon saat AS berhasil "menyelamatkan" dunia dari hantaman asteroid. Dimana seluruh bagian jagat ini, bersorak sorai dan ikut suka cita.

Sebagai bangsa yang hidup berdampingan, sepatutnya untuk menyampaikan Congratulation to Mr. US President! Seperti kita pun menyampaikan hal yang sama kepada Bpk. Ahmad Heryawan dan Bpk. Dede Yusuf atas terpilihnya menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Atau kepada Bpk. Aang Hamid Suganda dan Bpk. Aan Suharso atas terpilihnya menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kuningan.

Namun satu hal bahwa Amerika adalah negeri dengan sistem yang sudah terbentuk secara mapan. Artinya bahwa kebijakan politik, khususnya politik luar negeri AS terhadap negeri-negeri berkembang, atau lebih konvergen lagi terhadap negeri-negeri muslim, tidak serta merta akan berubah dengan terpilihnya Obama. Dengan kata lain, presiden boleh berganti tapi kebijakan akan tetap sama, atau partai berkuasa boleh berganti tetapi haluan politik luar negeri kurang lebih akan sama. Demikian halnya dalam cara pandang terhadap issue Irak, Afghanistan, Iran dan negeri muslim lainnya, karena seperti di Indonesia ada UUD 45, di AS pun ada amanat undang- undangnya. "Penyimpangan" terhadap undang-undang berarti pengkhianatan bagi negerinya.

Rasanya perlu dicermati pula seperti pernyataan Presiden Rusia Dimitri Medvedev kemarin yang mengatakan bahwa Amerika adalah biang dari kekacuan dunia. Dari lubuk hati terdalam, awam pun akan berkata demikian, terbukti tatanan politik dan ekonomi dunia sangat rentan dengan kondisi di AS. Saat AS memasuki resesi ekonomi, Indonesia justru terseret-seret dengan indikasi nilai tukar rupiah dan bursa saham rontok. Demikian halnya saat AS dalam kondisi diatas angin pun, dua indikator finansial itu pun tak kunjung membaik. Lagi-lagi semua karena ketergantungan terhadap mono cadangan devisa dalam USD.

Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa kemenangan Barrack Obama atas John Mc Cain dengan proporsi 349 delegasi dan 147 delegasi, ada baiknya ditempatkan secara proporsional pula. Dapat dimaklumi bahwa profil Obama dianggap mewakili "kepentingan" dunia berkembang, disebabkan "keterkaitan" dengan tanah kelahiran orang tuanya di Kenya, Afrika. Atau bagi Indonesia, serasa ikut "memiliki" karena pada timeline history, Obama pernah menjadi bagian masyarakat Indonesia dari tahun 1968-1971. Namun pada muaranya, kemandirian secara politik dan ekonomi Indonesia adalah jauh lebih penting.

Euforia tentang Barry kecil yang pernah bersekolah di SDN 01 Menteng Jakarta Pusat, pernah diasuh oleh kakak angkat pribumi, pernah memiliki keluarga di Indonesia, perasaan mengenal secara dekat dengannya dimasa itu, dan kisah sentimental lainnya tidaklah sepenuhnya keliru. Namun jika sebagai bangsa lantas merasa geer bahwa dengan terpilihnya Barry... nasib kita serta merta akan berubah? Rasa-rasanya ada yang salah dalam diri kita. Good Luck Barry!


Biografi Singkat Barrack Obama (dari beberapa sumber):

  • Tanggal lahir: 4 Agustus 1961
  • Tempat lahir: Honolulu, Hawaii, USA
  • Pendidikan: Ilmu Politik dari Columbia University, Pendidikan Hukum dari Harvard Law School
  • Asal Partai Politik: Demokrat
  • Orang tua: Barrack Obama Sr. (lahir di Kenya, Afrika) & Ann Dunham (Besar di Kansas, USA)
  • Isteri: Michelle Robinson
  • Anak: Sasha (6) dan Malia (9)
  • Karir Politik Terakhir: Senat dari Illinois State

Minggu, 02 November 2008

I am Online di Subang! (Bagian ke-2)

Senin, 29 September 2008 adalah hari ke-29 puasa.

Puncak arus mudik tampaknya sudah lewat, karena hari libur resmi Lebaran 1429 H telah dimulai pada hari Sabtu yang lalu. Melihat pengalaman di masa lalu, puncak arus mudik biasanya bertepatan dengan awal liburan seperti hari Sabtu dan Minggu. Itu artinya jalur Pantura sebagai jalur utama mudik menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur, diperkirakan akan lancar.

Dugaan saya ternyata benar. Sejak naik bis dari Terminal Baranangsiang Bogor, penumpang umum sudah mulai jarang. Bis Indah Murni yang saya tumpangi, agak lama ngetem untuk mengisi penumpang. Saat melintas di tol Jagorawi pun suasana lalu lintas sudah lengang, sehingga perjalanan menuju Terminal Pulogadung ditempuh tidak lebih dari satu jam. Suasana yang sulit dijumpai pada hari-hari biasa di Jakarta.

Sayang kondisi ini menjadi antiklimaks bagi bis-bis umum antar kota. Bis-bis tujuan Cirebon dan Kuningan cukup banyak yang ngetem tanpa penumpang. Saya berdua termasuk penumpang pertama di bis Sahabat yang dinaiki di lajur ngetem. Penantian berjam-jam di lajur itu, hanya menambah sepasang suami istri dan seorang bayi sebagai penumpang baru. Akhirnya, awak bus berinisiatif memindahkan kami ke bis Sahabat lain yang relatif terisi oleh penumpang.

Pemandangan ini saya amati sudah mulai berlangsung sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Kini, para pemudik lebih memilih sepeda motor sebagai moda transportasi. Praktis atmosfir berbagai terminal pemberangkatan mudik, yang semula identik dengan kepadatan calon penumpang, rebutan bis dan tempat duduk, kelangkaan armada, hiruk pikuk para calo, sekarang sudah berubah.

Dominasi sepeda motor saat ini lebih mewarnai jalur mudik. Pertumbuhan angka jumlah sepeda motor belakangan ini, mulai terasa paska krisis moneter 1998. Kemungkinan fenomena ini terkait dengan kenaikan ongkos angkutan umum yang relatif tinggi, sebagai dampak kenaikan harga BBM yang telah berkali-kali. Penyebaran outlet atau dealer sepeda motor hingga ke pelosok kampung dari yang kelas authorized dealer sampai yang kelas "tenda", dengan berbagai iming-iming teknik pemasaran, didukung pertumbuhan leasing bak jamur di musim hujan dan kemudahan layanan, telah memudahkan konsumen untuk memindahkan sepeda motor itu dari ruang pamer ke ruang keluarga. Sehingga bisa jadi, mudik dengan bersepeda motor lebih efisien dan lebih praktis, meskipun harus menanggung resiko yang lebih tinggi di perjalanan.

Sebenarnya ada niatan untuk menjajal koneksi Matrix broadband 3,5G, ketika menunggu waktu keberangkatan Sahabat. Namun niat itu urung, mengingat faktor keamanan. Berbeda dengan moda angkutan kereta api seperti Cirebon Express yang masih memungkinkan mengakses gadget laiknya handphone atau mungkin notebook, di bis-bis umum rasanya hal itu belum memungkinkan. Barangkali sekian tahun ke depan... hmmm... siapa tahu?

Akhirnya, kesempatan membuka notebook tiba..., tapi jangan salah itu terlaksana setelah tiba di kampung halaman, selesai menempuh perjalanan sejauh 18 jam!... ha.. ha.. ha..

Pagi keesokan hari di Subang, usai shaur terakhir dan shalat Subuh adalah hari yang membahagiakan. Berkumpul dengan orangtua dan seluruh keluarga adalah momen terbaik. Beban "perkotaan" laksana terlepas, memasuki oase yang menyejukan di penghujung ramadhan 1429 H. Hai... Subang... I am coming!

Apakah Subang masih seperti yang dulu?

Bisa ya bisa tidak. Tentu dengan berbagai perubahannya. Sekurang-kurangnya Subang sekarang masih menyisakan kehangatan, itu yang saya rasakan... seperti saat ini... menulis sedikit journey bagian pertama, dibangku kayu yang menghadap kolam ikan dan persawahan, dibelakang rumah dengan ditemani semilir angin... yes, I am online di Subang!

Subang Purwakarta maksud anda?

Bukan... bukan... ini adalah Subang Kuningan... Subang telah berubah sekarang... Subang has lived... on the internet! Tidak lagi seperti dulu... itulah constant change!

Rabu, 01 Oktober 2008

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H
Minal Aidin Walfaidzin
Mohon Maaf Lahir & Batin

Semoga Ibadah Kita Diterima oleh Allah Swt. Amin

Selasa, 30 September 2008

I am on Line di Subang!

Setelah menempuh perjalanan hampir sehari penuh, akhirnya tiba juga di kampung halaman. Journey of Mudik kali ini tentu saja dalam momen Lebaran 1429 H. Trip etape pertama dimulai dari Serpong menuju Bogor pada tanggal 28 September 2008. Pada hari Ahad itu, suasana Serpong dan sepanjang jalan yang dilalui sudah relatif sepi dari lalu lalang kendaraan. Barangkali sebagian besar warga urban sudah tiba atau dalam perjalanan menuju kampung halaman masing-masing. Hanya sesekali kendaraan bermotor yang kebetulan berpapasan di jalan, sehingga Mio dengan beban dua tas didepan, satu back pack yang terpaksa digendong di depan, dan satu tas plastik agak besar terselip ditengah berboncengan dengan my honey, meluncur mulus tanpa hambatan. Setelah dua kali masuk "rest area" yang berada satu kilometer setelah Pasar Prumpung dan gubuk penjual buah-buahan di sekitar Ciseeng, etape pertama berakhir di Bogor pada pukul 10.30. Hari yang indah, namun cuaca memang agak panas. Para ahli cuaca bilang panas yang ekstrim di siang hari belakangan ini, terkait dengan dampak pemanasan global. Panas diatas normal, memang menjadi tantangan yang luar biasa saat menunaikan puasa, terlebih dalam aktivitas di luar ruang atau di perjalanan.

Setelah rebahan sebentar, agenda berikut adalah berkunjung ke stand Indosat di Botani Square. Beberapa hari yang lalu sempat googling mencari info kartu broadband sebagai persiapan online di kampung. Dari hasil googling ada beberapa alternatif sebagai perbandingan: IM2 pasca bayar, IM2 prepaid, dan Matrix. Semuanya dari ISP Indosat, tapi pilihan jatuh ke kartu Matrix dengan beberapa pertimbangan diantaranya sbb.:
  • Saat ini Matrix sedang promo, cukup dengan Rp.100.000,- per bulan dapat unlimited kuota,
  • Kartu langsung aktif pada hari yang sama,
  • Tarif Rp.100.000,- per bulan merupakan pilihan ekonomis, dengan speed maksimum 256 kbps rasanya masih cukup layak untuk browsing ringan,
  • Jangkauan GPRS hinga 3G dengan cakupan yang cukup luas,
  • Kemudahan pembayaran melalui autodebit dibeberapa bank,
  • Kartu perdana diperoleh dengan gratis,
  • Bisa pilih nomor, nomor yang sama dapat dipakai untuk SMS dan berbicara dengan biaya diluar abodemen,
  • Pendaftaran cukup melampirkan copy KTP.

Setelah pilih nomor dan sedikit isi data, saatnya pulang bawa Matrix untuk menjajalnya di rumah. Tidak lebih dari tiga jam kemudian, Matrix ternyata sudah aktif, surprise juga! Aktivasi Matrix dicoba via handset, semuanya berjalan lancar. Tapi ternyata itu belum cukup, saat setting modem HSDPA Huawei E220 barulah ada kendala. Karena merasa waktu kian mepet tanpa ada solusi, sepertinya perlu mengibarkan bendera putih. Selepas shalat maghrib, kembali ke Botani Square sambil bawa back pack untuk mendapat pencerahan setting-an modem ke penjaga stand. Stand girls cukup kerepotan, mulai dari baca buku pintar, sampai perlu kontak mentornya dikeriuhan pengunjung mall. Problem setengah terselesaikan saat mentor Indosat yang kebetulan sedang diluar tugas mampir di stand. Akhirnya setengah pekerjaan lainnya diselesaikan di rumah.

Bagaimana hasilnya? Cukup melelahkan pekerjaan sederhana jadi terkesan rumit, gara-gara tidak menemukan koneksi padahal simcard sudah aktif. Namun, seperti cerita di film endingnya selalu membahagiakan. Koneksi GPRS dengan sinyal penuh akhirnya nongol di pojok kiri dan indikasi upload dan download mulai menampakan tanda-tanda kehidupan. Sayang koneksi impian dengan speed yang cepat, belum menjadi kenyataan. Saatnya menutup notebook, dengan berharap mimpi indah malam ini!

(Bersambung...)

Rabu, 03 September 2008

Selamat Beribadah Puasa

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
1429 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Semoga diberi kekuatan dan keikhlasan
dalam menjalankannya.

Peta Jalur Mudik 2008

Apakah Lebaran 1429 H anda berencana mudik ke Subang?

Hmm... rasanya tidak afdol ya, kalau Lebaran ngga mudik. Apalagi jika orang tua masih lengkap dan semuanya berada di kampung. Ngga ada salahnya memberi sedikit kebahagian kepada mereka di hari yang fitri. Tidak sekedar "kiriman" yang diharap oleh mereka, melainkan kebahagian berkumpul merayakan hari kemenangan bersama seluruh keluarga. Rasanya kesulitan apapun diperjalanan, seakan tergantikan dengan kehangatan keluarga di kampung halaman, bahkan justru akan menjadi bahan cerita yang menyenangkan...!

Oh ya, info berikut semoga dapat mengantar anda tiba di kampung halaman.

Jakarta - Subang via Pantura
  • Rute: Jakarta - Cikampek - Pamanukan - Jatibarang - Palimanan - Cirebon - Kuningan - Cipasung - Subang
  • Jarak tempuh: +/- 334 km
  • Karakteristik jalan: datar, lurus, lebar, sebagian besar sudah double double track
  • Karakterisik umum: lalulintas ramai, padat, di beberapa titik kerap terjadi kemacetan karena penyempitan, pasar tumpah, kecelakaan lalu lintas, didominasi oleh kendaraan besar seperti bus, cuaca sangat panas di siang hari, merupakan jalur utama menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur, rawan kecelakaan lalu lintas terutama pada jalur lurus, sedikit membosankan karena didominasi jalur lurus, jalur yang kurang "bersahabat" bagi kendaraan kecil, pada dua tahun terakhir jalur didominasi kendaraan roda dua, minim pemandangan "hijau", disarankan menempuh rute ini jika perjalanan anda malam hari
  • Karakteristik khusus: sepanjang rute tersebar fasilitas umum seperti: SPBU, mesjid, rumah makan, pos polisi, tambal ban, posko mudik

Jakarta - Subang via Subang Cikamurang

  • Rute: Jakarta - Cikampek - Sadang - Subang - Cikamurang - Kadipaten - Majalengka - Cikijing - Cipasung - Subang
  • Jarak tempuh: +/- 308 km
  • Karakteristik jalan: datar, tanjakan, turunan, lurus, belokan, single track
  • Karekteristik umum: lalu lintas ramai bahkan cenderung agak sepi, didominasi oleh kendaran pribadi dan travel, cuaca cukup bersahabat di siang hari, merupakan jalur alternatif bagi anda yang menyukai jalur yang variatif, jalur yang relatif "bersahabat" bagi kendaraan kecil, banyak pemandangan "hijau", tidak disarankan untuk perjalanan malam hari karena melewati banyak titik yang relatif gelap penerangan listriknya, dan masih jarang pemukiman penduduk
  • Karakteristik khusus: dibanding rute Pantura fasilitas umum seperti: SPBU, mesjid, rumah makan, pos polisi, atm, tambal ban, posko mudik jumlahnya lebih sedikit

Berikut Peta Mudik 2008 (www.cybermap.co.id):

Peta Mudik Banten - DKI Jakarta - Jawa Barat (Bagian Utara)

Peta Mudik Banten - DKI Jakarta - Jawa Barat (Bagian Selatan)

Peta Mudik Jawa Tengah - Jawa Timur (Bagian Utara)

Peta Mudik Jawa Tengah - Jawa Timur (Bagian Selatan)

Peta Mudik Jawa Timur - Madura (Bagian Utara)

Peta Mudik Jawa Timur - Bali (Bagian Selatan)

Selamat mudik!

Berhati-hati di jalan, selamat berkumpul bersama keluarga!

Jumat, 15 Agustus 2008

Munday, Sehari di Cimonte (Bagian ke-2)

Kali ini Nostalgia bercerita ke ranah kuliner yaitu Gadung (Dioscorea Hispida). Sejenis umbi-umbian yang tumbuh merambat di dataran kering. Gadung termasuk tanaman tidak berbatang keras, dengan duri di sepanjang batang. Untuk tumbuhnya membutuhkan tanaman lain disekitarnya sebagai media rambat.

Musim hujan merupakan masa pertumbuhan tanaman gadung. Sedangkan masa panen terjadi pada musim kemarau. Kondisi tanah yang kering, dan rerumputan disekitarnya mati, menjadi faktor yang memudahkan panen gadung. Dengan sedikit bantuan alat berupa cangkul, garpu atau linggis, umbi gadung yang terbenam di dalam tanah dapat diangkat dengan mudah.

Sebenarnya gadung tergolong tanaman beracun, sehingga diperlukan perlakuan khusus agar layak dikonsumsi. Di Subang, kaum ibu umumnya sudah faham akan hal itu. Gadung yang telah dipanen, dikupas lalu diiris tipis, dilumuri abu dari hawu. Kemudian dijemur dua sampai tiga hari. Atraksi jemur gadung di halaman atau ditepi jalan menjadi episode yang menarik. Para ibu meletakkan di tanah dalam deretan dan shaf yang teratur dan rapi, sampai tiba saatnya untuk merendam gadung di Sungai Citiis atau Sungai Cimonte. Sungai yang airnya mulai menyusut karena kemarau, membuat acara rendam gadung di dingkul aman tanpa khawatir hanyut. Efek rendaman dalam air yang mengalir akan mengurangi racun yang terkandung. Lebih lama rendaman, racun yang tereliminasi akan lebih banyak. Usai ritual "rendaman" barulah gadung dijemur.

Ritual rendaman gadung biasanya berlangsung bersamaan dengan tradisi Munday. Munday adalah tradisi tahunan memanen ikan di sungai. Prosesi munday dimulai jauh-jauh hari menjelang kemarau tiba. Sepanjang sungai yang airnya kian susut, dibeberapa bagian di "kavling-kavling". Tiap kavling ada pemiliknya. Tiap kampung mendapat jatah tersendiri.

Kavling sebenarnya merupakan bendungan atau kolam kecil untuk pengembangbiakan ikan. Bagi yang cukup bermodal bendungan-bendungan tersebut sengaja ditanami ikan. Sebelum tahun 80-an, Sungai Citiis dan Sungai Cimonte memang masih menyisakan ikan-ikan kecil yang secara alami hidup di aliran sungai.

Ketika masa pengembangbiakan dianggap cukup, hari H munday ditetapkan. Hari H munday diumumkan ke seluruh warga kampung, bersamaan dengan pricing list penggunaan alat bantu munday. Rupanya bagi warga yang masuk ke kavling umum dengan maksud ikut munday, ada retribusi keikutsertaan yang besarannya disesuaikan dengan alat bantu munday tadi. Anco, kecrik, ayakan, masing-masing punya tarif tersendiri. Sedangkan besar tangkapan ditentukan oleh keterampilan menggunakannya. Nasib baik juga sangat menentukan ding!

Munday bisa berlangsung seharian penuh, tergantung banyaknya kavling umum yang bisa dieksploitasi. Jika ditinjau secara menyeluruh, munday dapat berarti sebuah kelembagaan atau pranata sosial. Karena memiliki aturan dan nilai yang cukup baku. Yang menonjol adalah fungsi silaturahmi. Semacam reuni akbar tahunan warga, dimana kesempatan untuk saling mengenal terbuka luas. Soalnya seluruh komponen warga hampir semuanya turut serta, dari anak kecil sampai orang dewasa, dari nenek-nenek sampai gadis remaja. Siapa tahu ketemu jodoh disitu!
Kan ada lagunya Semalam di Cimonte! Salah ding... Sehari di Cimonte. Ngga cuma seminar yang sehari... Munday pun sehari...!!!

Selasa, 12 Agustus 2008

Munday, Sehari di Cimonte

Apa yang terbayang pada musim kemarau di Subang?

Kalau sulit membayangkan, barangkali pilihan berikut dapat membantu. Kira-kira clue-nya seperti ini: kering kerontang, sulit air, deru debu, kabut asap, panas terik, kebakaran hutan, ... atau gagal panen. Bagaimana... sudah mulai terbayang? Atau pilihan tersebut tidak cukup membantu? Coba bandingkan dengan pilihan ini: langlayangan, kolecer, keripik gadung, ... atau munday!

Ha.. ha.. saya harap deretan opsi pertama bukanlah pilihan anda. Karena memang tidak desain untuk menggambarkan keadaan Subang di musim kemarau. Kalau saya lebih cenderung pilih aliran al-asyik aja. Artinya ingin membayangkan Subang pada bagian yang asyik-asyik aja. Karenanya opsi terakhir lebih mewakili kondisi Subang di musim kemarau daripada pilihan pertama. Kalau belum yakin boleh aja dicek, seperti apa musim kemarau sekarang ini!

Langlayangan, pasti semua tahu makhluk apa gerangan. Permainan ini dimainkan tidak hanya oleh anak-anak, melainkan diterbangkan pula oleh orang dewasa. Bagian yang paling menarik adalah episode adu layangan. Yaitu duel di udara antara satu atau lebih langlayangan, biasanya terdiri dari kombinasi akrobatik neureus, nyereng, ulur, tarik, ... dan banyak lagi gerakan tingkat lanjut. Semakin banyak gerakan yang dimainkan, menunjukkan si pengendali langlayangan adalah pilot yang mahir.

Target adu layangan tak lain adalah putusnya benang atau kenur dari layangan lawan. Oleh karenanya langlayangan dipersenjatai dengan benang gelasan. Yaitu benang yang telah ditempeli pecahan gelas yang telah ditumbuk halus dan dicampur bubur lem. Bubur lem tadi dioleskan pada sepanjang tali benang, lalu dibiarkan hingga kering. Setelah kering benang mampu memotong kenur atau benang langlayangan lawan dalam duel tadi.

Benang gelasan yang sudah jadi umumnya dijual di warung atau toko kelontong di Subang. Tetapi jika mau kreatif, bisa dibuat sendiri dengan hasil sedikit kasar, tergantung sentuhannya. Ketajaman gelasan yang baik mampu menggores telapak tangan, sehingga pemakaian kaos tangan pada saat adu layangan dapat mengurangi resiko itu.

Hal yang menarik dari episode adu layangan adalah munculnya fanatisme kampung. Sebut saja jika dua layangan bertemu dari Blok Manis dan Blok Kliwon atau dari Blok Pahing dengan Blok Puhun dan seterusnya. Permainan menjadi tambah seru, karena melibatkan supporter dari kedua belah pihak. Agar layangan bisa menjangkau lintas kampung, benang yang terentang bisa ratusan hingga ribuan meter. Duel layangan berakhir tatkala salah satu atau kedua layangan putus.

Saat itulah, acara mengejar layangan putus dimulai. Merupakan akhir cerita adu layangan, yang semarak dengan kejar-kejaran, adu kecepatan dan keberanian. Bahkan hingga manjat pohon pun dilakoni untuk menggapai layangan yang tersangkut diranting pohon.

Hampir sama dengan langlayangan, kolecer juga disukai oleh anak-anak dan orang dewasa. Kolecer yang dimiliki oleh orang dewasa, biasanya lebih besar. Semakin besar ukuran kolecer, diharapkan semakin besar pula suara yang dihasilkan. Ngajelegur adalah efek suara yang dinanti dari sebuah kolecer idaman. Biasanya ditandai dengan kembalinya posisi tiang bambu dari posisi tegak sebagai antiklimaks dari tiupan angin. Tetapi ternyata tidak semua kolecer mampu meraih oktaf ngajelegur tadi. Sebagian kolecer hanya mampu ngereng, atau malah cuma sekedar berputar kencang.

Tidak kalah dengan layangan, kolecer pun mengundang fanatisme. Setiap kampung punya tempat tersendiri untuk menancapkan kolecernya. Pasiran Manggu biasanya tempat favorit bagi warga Bulak Caringin, Pasiran Simpur bagi warga Paleben, Pasiran Dogdog bagi warga Jati dan Tarikolot, Pasiran Wuni bagi warga Sukasari dan Doyong. Kontes ngajelegur adalah bagian dari persaingan dan fanatisme tadi. Bahkan telah memunculkan tokoh tersendiri, diantaranya Pak Jumhur dari Paleben, Pak Eddi Wirya dari Bulak Caringin, Pak Eho dari Jati, dan lainnya. Semuanya adalah "the expert" yang mewakili kampung masing-masing.

Dikalangan anak-anak beredar cerita, bahwa permainan kolecer ini konon membuat heran tentara Jepang semasa penjajahan di Indonesia. Sampai-sampai tentara Jepang membongkar tanah disekitar tiang kolecer untuk mencari tahu dimana letak mesin yang membuat kolecer berputar dan menghasilkan suara. Apa betul ya?

(Bersambung...)

Jumat, 08 Agustus 2008

Profile Gallery Urang Subang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Urang Subang yang terhormat, terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

Untuk saling mengenal lebih dekat dengan pengunjung blog lainnya, khususnya yang berasal dari Kecamatan Subang Kuningan, bagi yang berkenan dipersilahkan memposting profil anda pada rubrik ini. Format dan isi profil bebas. Profil dengan foto diri akan lebih baik.

Terimakasih.

Puasa di Pasiran Manggu

Bulan suci akan segera tiba. So what gitu lho? Oh... mudah-mudahan frase ini tidak terucap dari saya. Anggap saja itu ungkapan alien di planet antah berantah, yang belum mengenal siapa pencipta jagat ini. Bagi alien kemungkinan tidak ada yang suci di bumi, yang tampak adalah kapan dan bagaimana bumi ditaklukkan.

Seorang muslim pun tentu saja adalah seorang "penakluk". Bukan untuk menaklukkan bumi sebagai intruder atau dengan invasi layaknya alien. Juga bukan seperti cerita invasi ke Irak atau Afghanistan, atau aksi zionisme ke negeri Palestina, kemudian menduduki dan memporakporandakannya. Ya, kendati sama-sama sebagai penakluk, bagi seorang muslim tradisi penaklukkan yang diajarkan jauh berbeda. Dimensi dan content-nya amat sangat berbeda. Panjang kali lebar kali tinggi dan volumenya sama sekali tidak memiliki kesamaan.

Dimensi penaklukan seorang muslim tidak berbau materi, melainkan lebih transendental. Lebih maju dari sekedar penaklukkan bermotif minyak mentah atau perluasan ladang rezeki, kendati itu "diijinkan". Motif-motif itu kalaupun ada pada seorang muslim, idealnya adalah seperti remah-remah diantara jutaan butiran nasi. Seperti buih-buih ditengah samudera luas. Motif yang menonjol adalah ketuhanan semata. Yang ditaklukkanpun adalah hawa nafsu.

Muslim artinya berserah diri, sehingga sebagian besar tindakannya disandarkan atas ketaatan kepada khaliknya. Bukan karena tidak berakal, melainkan akalnya diarahkan untuk selalu mendekat kepada-Nya. Puasa adalah bagian dari metode penaklukkan itu. Sehingga saat seorang muslim mendapat perintah penaklukkan, semestinya kami mendengar dan kami taat.

Semasa kecil di Subang, atmosfir puasa sudah mulai terasa sejak bulan rewah (Sya'ban), bahkan beberapa bulan sebelumnya. Suka cita penyambutan puasa tergambar dari meningkatnya grafik ritual ibadah, lebih intensif dari sebelumnya. Tidak hanya orang tua, anak kecil pun terlibat dalam persiapan itu. Anak-anak yang biasanya bolong-bolong ke tajug atau mesjid, ujug-ujug rajin datang. Yang sholatnya sehari sekali pas maghrib aja, mendadak lebih dari lima kali sehari. Soalnya shalat sunnah pun ikut dikerjakan. Atau yang baca Qur'annya sekali seminggu pas baca Yassin aja, tiba-tiba tujuh kali seminggu. Tidak heran malam menjelang hari pertama puasa, tajug dan masjid mendadak penuh hingga ke serambi dan halaman depan. Tharawih pertama penuh sesak. Sebuah pemanasan puasa yang bagus!

Selepas tharawih adalah taddarus Al-Qur'an. Tentu saja, ngoprek adalah tradisi yang paling mengasyikan bagi anak-anak. Sebuah tradisi membangunkan macan tidur... eh salah ding! Membangunkan orang-orang yang mau sahur, dengan bunyi-bunyian atau lagu-lagu yang dibawakan dengan peralatan ala kadarnya. Saking ala kadarnya, terkadang ngga nyeni, suara sumbang pun jadi. Udara dingin dan rasa ngantuk, bukan masalah rasanya. Soalnya setiap bulan puasa adalah hari libur bagi anak sekolah. Sehingga anak-anak punya cukup waktu dan kemampuan untuk belajar mengikuti seluruh ritual puasa.

Setelah cukup tidur di pagi hari, saatnya mulai ngabuburit. Karena puasa sering bertepatan dengan musim kemarau, maka puasa artinya ngabuburit ke Pasiran Manggu, Pasiran Wuni atau Pasiran Simpur untuk kontes kolecer. Musim kemarau identik dengan musim angin, musim angin ya musim kolecer di Subang. Saking asyiknya main kolecer, sampai lupa akan rasa lapar. Terik matahari yang menyengat juga terabaikan dengan sekali-sekali nyebur ke kolam yang airnya jernih di dekat puncak Pasiran Manggu. Seperti diketahui, di Pasiran Manggu memang ada kolam berair jernih, tepatnya dibagian lereng yang menghadap ke arah Cipanas. Sambil menyelam, ya... benar-benar minum air. Semangat puasanya tetep!... tapi dasar anak kecil, hingga pulang ke rumah saat berbuka puasa, mengakunya tetap masih puasa... hi...hi...

Puasa memang berbeda dengan kewajiban bagi muslim lainnya. Jikalau yang lain menyaksikan kita shalat, berzakat, atau beribadah haji, maka kalau puasa hanya Allah dan dia saja yang mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa ia berpuasa. Itulah sebagian dari makna penaklukkan itu. Ibadah yang rahasia, Ibadah "penaklukkan". Selamat bersiap puasa!

Minggu, 03 Agustus 2008

Tong Hilap ka Basa Sunda!

D

Dirgahayu, muga-muga panjang-punjung, muga-muga panjang umur.

J

Joledar, lalawora nyumponan kawajiban ka nu jadi tanggunganana jeung teu heman ka baraya.

K

Kamonesan, 1. pangabisa anu lucu, alus atawa aneh: Budak teh geus aya kamonesanana, bisa ngigel; 2. kasenian.

Kawung, ngaran sarupa palem nu rea gunana: lahangna, injukna, daunna, buahna, ruyungna, jeung sajaba ti eta; kawung ece atawa kawung picis, ngaran batikan tulisanana siga siki kawung atawa caruluk.

L

Lahang, tuak amis tina leungeun kawung, kalapa jeung sabangsa palem lianna, sok diinum, dijieun gula jeung sajaba ti eta.

P

Pincuk, bungkusan leutik tina daun cau anu diseumat: suuk sapincuk, sabungkus leutik.

T

Tong, 1. wancahan tina entong atawa montong; 2. (Walanda), tahang; 3. (Cina), sabagian tina duit pungutan nu meunang ngadu keur nu boga imah (nyadiakeun tempat).

Sabtu, 02 Agustus 2008

Perayaan HUT RI

Masih ingat bagaimana suasana perayaan kemerdekaan di Subang? Jika anda dari generasi tujuh puluhan ke bawah yang lahir dan besar di Subang Kuningan, maka anda tentu merasakan meriahnya Desa Subang menyambut perayaan 17 Agustus.

Coba sejenak kita memanggil kembali ingatan dua puluh tahunan ke masa lampau. Pasti terbayang kesibukan aktivitas masyarakat yang berbenah dalam berbagai hal, seperti mencat pagar, mencat rumah, bersih-bersih saluran air, bersih-bersih tepian jalan raya, mendekorasi kampung dengan gapura-gapura unik, dan tentu saja memasang bendera merah putih di setiap halaman rumah.

Sejumlah agenda kegiatan pun selalu digelar untuk memeriahkan, baik yang disusun untuk warga masyarakat maupun untuk kalangan pelajar. Yang diperuntukkan bagi kalangan pelajar biasanya lebih banyak jumlahnya, diantaranya gerak jalan antar sekolah, perkemahan Pramuka, pawai obor, karnaval, paskibra, dan pentas seni. Warga pun tak mau kalah dalam memeriahkan HUT RI tersebut, diantaranya adalah Pekan Olahraga antar Dusun dan Pekan Olah Raga Antar Desa yang diwarnai fanatisme akan timnya masing-masing. Serunya, fanatisme yang terkadang meluap-luap seringkali berbuah ketegangan di lapangan, atau berbuntut insiden-insiden di luar lapangan pertandingan. Namun semuanya itu berakhir manis dan lebur pada saat masyarakat tumplek blek pada puncak perayaan di lapangan upacara.

Di lapangan upacara, seluruh komponen masyarakat tidak sekedar hadir tapi berbaris rapih memenuhi seluruh lapangan upacara, mulai dari pelajar, muspika, pegawai negeri, ABRI, polisi, veteran, pertahanan sipil (Hansip), alim ulama, tokoh masyarakat, pemuda, PKK, majelis taklim, Dharma Wanita, dan anggota masyarakat lainnya. Ditengah-tengah matahari yang mulai terik, momen yang ditunggu-tunggu adalah prosesi pengibaran duplikat bendera pusaka oleh paskibra dengan formasi 17-8-45. Tim paskibra dengan seragam putih-putih lengan panjang, skarf merah di leher, dan peci hitam adalah tim pilihan dari siswa-siswi SMP Negeri Subang. Mereka telah berlatih disela-sela waktu belajar, ditengah terik matahari, dibawah bimbingan Kak Udin Komaludin dan asistensi bapak-bapak dari ABRI, beberapa minggu sebelumnya. Oleh karenanya penampilan mereka sangat istimewa di lapangan upacara.

Suasana diluar lapangan juga sangat meriah, masyarakat tua muda dengan pakaian seperti pada suasana lebaran membludak mengelilingi lapangan dan memenuhi jalan raya. Anak-anak kecil tanpa takut-takut memanjat pohon mahoni yang tumbuh dipinggir jalan dan lapangan, untuk mendapat view yang enak ke arah lapangan. Di tepian jalan raya tampak deretan para pedagang makanan dan mainan dadakan, tumpah ruah berdesak-desakan dengan para pembelinya. Mereka ada yang memang sehari-harinya berprofesi sebagai pedagang, namun tidak sedikit yang sebenarnya bukan pedagang tetapi memanfaatkan momen keramaian untuk berjualan. Diantara makanan yang khas adalah lotek daun ubi jalar, yaitu daun ubi jalar rebus diberi cairan ulekan gula merah kental, asam jawa, dan cabe rawit yang ditempatkan pada pincuk daun pisang. Adapula air lahang, asli diambil dari pohon kawung tanpa diberi campuran lainnya, dituangkan langsung dari wadah bambunya. Sebuah wisata kuliner tahunan yang menarik dan langka.

Menjelang tepat pukul 10.00 WIB sirine dan tabuh-tabuhan dibunyikan sebagai tanda peringatan detik-detik proklamasi. Seperti diketahui pukul 10.00 WIB merupakan waktu dibacakannya teks proklamasi oleh Ir. Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan hari Jumat.

Oh ya, selalu ada suara tabuh-tabuhan lo! Darimanakah suara tabuh-tabuhan itu? Anda masih ingat? Tentu saja... itu adalah bagian dari Memeron! Memeron adalah berbagai kamonesan atau kreasi warga yang mewakili berbagai dusun atau desa dengan tema-tema tertentu. Sejenis visualisasi dari berbagai karakter atau tema-tema yang dipilih, seperti kebhinekaan Indonesia, sejarah perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia, program dan hasil-hasil pembangunan, baik yang berupa model sampai pada bentuk aslinya, baik yang "bercerita" maupun yang alakadarnya. Kontestan Memeron dipersilahkan tampil bergilir ke depan lapangan upacara, sambil dinilai oleh tim juri. Kontestan yang memenuhi kriteria tertentu keluar sebagai juara dan mendapat hadiah. Ini adalah bagian yang paling unik dan menjadi favorit peserta upacara.

Begitulah sekilas antusiasme warga masyarakat memeriahkan perayaan HUT RI. Sederhana namun cukup berkesan dalam hati. Adakah romantisme itu masih ada di Subang sekarang? Dirgahayu Indonesia ke-63!

Selasa, 29 Juli 2008

Jadwal Perjalanan KA Cirebon Ekspress

Bagi Urang Subang yang bermaksud mudik atau melakukan perjalanan ke Subang Kuningan dengan menggunakan jasa transportasi kereta api, KA Cirebon Ekspress bisa menjadi alternatif moda yang aman, cepat dan nyaman. Semoga informasi berikut dapat membantu (PT. KAI, 1 Juli 2008).

KA Cirebon Ekspress

  • Trayek: Stasiun Gambir Jakarta - Stasiun Cirebon pp.
  • Kelas Kereta: Eksekutif dan Bisnis (dalam satu rangkaian total 8 gerbong)
  • Harga Tiket: Rp.60.000,- (Kelas Bisnis), Rp.75.000,- (Kelas Eksekutif), Rp.36.000 (Anak-anak)
  • Layanan Kelas Eksekutif: Gerbong ber-AC, Reclining Seat, TV, Snack & Air Mineral, Bantal, Permen dan Tissue Penyegar
  • Layanan Kelas Bisnis: Gerbong ber-fan, Tissue Penyegar, Bantal (optional)
  • Jadwal Perjalanan:
  • Layanan Tambahan: Gerbong Restorasi dengan menu makanan dan minuman berdasarkan pesanan (diluar biaya tiket).
  • Lainnya: Bagi anda yang akan meneruskan perjalanan ke Kota Kuningan, menjelang tiba di Stasiun Cirebon anda akan diinformasikan layanan antar jemput sampai ditempat dengan biaya tambahan (terpisah). Jika anda berminat bisa mendaftar kepada petugas.
  • Tiket bisa dipesan 30 hari sebelum hari h keberangkatan di loket pemesanan, atau di loket hari keberangkatan pada hari h anda melakukan perjalanan.
  • Pada hari libur sebaiknya anda mempersiapkan atau memesan tiket jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan karena bisa jadi anda kehabisan tiket bila membeli pada hari h keberangkatan.

Subang Kuningan, Lost in Contact!

Hmm... rasa-rasanya sudah hampir dua bulan tidak bisa menyapa keluarga di kampung lewat telepon fixed line-nya Telkom. Karena cuek pada orang tua dan keluarga di kampung, atau karena ketiadaan fasilitas alternatif untuk menghubungi?

Bukan-bukan itu masalahnya. Sejauh ini memang hanya telepon Telkom yang menjadi tumpuan untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga di Subang. Pertama, karena dari sisi tarif cenderung lebih "terjangkau" khususnya tarif bicara pada saat-saat hari libur atau diluar jam-jam sibuk. Kedua, karena hanya fasilitas itu yang memungkinkan bicara secara langsung dengan anggota keluarga dan yang telah tersedia di rumah keluarga.

Biasanya tradisi silaturahmi via telepon berlangsung satu atau dua kali dalam sebulan. Content-nya tidak jauh dari mencari tahu kabar keluarga atau sekedar update informasi. Tentu bukan untuk sekedar basa-basi, melainkan upaya untuk menjalin kedekatan dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Mumpung mereka masih ada. Kalau tidak mengontak mereka diwaktu yang cukup lama, rasanya seperti dihantui dosa. Joledar, itulah kata yang tepat.

Bagi saya, ikatan batin diantara manusia yang terasa paling kuat adalah kaitan batin dengan orang tua, sehingga kebutuhan untuk curhat, tanya kabar, kendati sudah berkeluarga dan tinggal berjauhan dalam waktu yang cukup lama, tetap perlu dan mutlak dipenuhi. Ada semangat dan darah baru tatkala usai mendengar suara orang tua di ujung telepon. Ya.. semangat untuk menjalani hidup, semangat untuk membahagiakan orang tua, atau semangat untuk berbuat baik lainnya. Terkadang semangat tersebut melemah dikeramaian dan kesibukan menjalani rutinitas di perkotaan. Semacam recharged dalam kontek kekinian... dari low batt menjadi fully charged.

Waktu-waktu yang biasanya fully mood adalah sesaat setelah shalat subuh usai. Saat orang tua kembali dari mesjid kecil di depan lapangan bola, saat embun masih bergelayut, saat kabut masih menyelimuti atmospir Subang, dan saat fajar mulai beranjak diufuk timur. Biasanya tradisi keluarga di pagi hari dimulai dengan sajian kopi dan teh manis di ruang keluarga. Terkadang ditemani serabi dan tempe goreng yang diiris tipis berselaput terigu. Membicarakan hal-hal yang terjadi dengan tema dari agama sampai politik, dari issu lokal sampai mancanegara. Tapi intinya memang pembicaraan nasihat-menasihati dan upaya menjalin komunikasi. Pagi yang masih segar sangat mendukung untuk itu.

Meski diujung telepon suasana tersebut selalu saya rasakan. Dengan tarif diskon SLJJ untuk jangkauan area diatas 150 km sebelum peak hour, berbincang antara 5-10 menit sudah cukup untuk mengobati kerinduan yang amat sangat akan kampung halaman.

Semoga Telkom dapat merasakan dengan hati dan berempati... apa yang dirasakan mungkin tidak hanya oleh saya... lost in contact!

Sabtu, 05 Juli 2008

Flexi Oge Lebet ka Subang!

Oh ya, dalam waktu dekat Flexi akan segera mengudara di langit Subang lo! Artinya sudah ada empat operator selular yang membuat Subang tetap connected. Tiga dari jaringan berbasis GSM yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL, serta satu berbasis jaringan CDMA yaitu Flexi dari PT. Telkom.

Sesungguhnya, Subang dapat keluar dari isolasi komunikasi dimulai pada saat PT. Telkom masuk dengan jaringan fixed line-nya sekitar tahun 2000-an. Namun sayang pertumbuhan jumlah pelanggannya mengalami stagnasi atawa segitu-gitu aja dan yang itu-itu aja, mulai dari awal masuk hingga sekarang! Selain terbatas hanya melayani pusat Desa Subang, tampaknya upaya menambah jumlah pelanggan pun sangat minimal. Terbukti di halaman putih residensial yang di-update tiap tahun dan dikirim secara gratis kepada pelanggan, muka-muka lama saja yang dapat ditemui. Kalau coba dihitung komunitas penggunanya diperkirakan tidak akan lebih dari 50 nomor pelanggan. Adapun profil pelanggannya terdiri dari instansi pemerintah, perbankan, kantor pos, usaha swasta, wartel, dan sisanya pelanggan personal.

Telusur punya telusur, stagnasi jumlah pelanggan Telkom di Subang diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa hal:
  • Upaya ekspansi Telkom melalui channel pemasaran kurang maksimal,
  • Subang diperkirakan belum masuk ke dalam wilayah penyumbang profit bagi Telkom,
  • Daya beli dan urgensi masyarakat untuk berkomunikasi via telepon belum tumbuh,
  • Ketidakterjangkauan dalam biaya instalasi dan minimnya petugas instalasi,
  • Infrastruktur jaringan Telkom belum mapan, karena tingkat offline jaringan relatif masih tinggi disebabkan oleh kerusakan hardware pada tower penghubung,
  • Pada saat fixed line belum mapan di Subang, sudah disusul dengan booming mobile phone.

Permasalahan yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah tingkat offline jaringan yang relatif masih tinggi. Prosentase offline-nya jika dirata-ratakan bisa mencapai 50% per tahun, artinya hanya enam bulan dalam setahun saja telepon di rumah atau kantor pelanggan ada nada tone-nya dan dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Maaf, selebihnya telepon berdebu dan menghiasi ruang tamu rumah pelanggan di Subang. Tingkat kepastian bisa dihubungi dan menghubungi adalah urat nadi bisnis telekomunikasi, sehingga dari beberapa unit wartel yang ada sejak Telkom masuk harus berujung sekarat.

Sejauh ini Telkom belum memberi perhatian terhadap masalah ini, terlebih lagi pelanggan tetap dibebankan biaya abodemen rata-rata sebesar Rp.32.000,- per bulan meski pesawat telepon offline penuh di bulan tersebut. Tentu saja itu bukan kesalahan pelanggan, sehingga kompensasi yang terbaik adalah membebaskan pelanggan dari biaya abodemen bulanan pada saat pesawat offline penuh selama sebulan. Adapun bila offline terjadi dalam beberapa hari di bulan itu, maka abodemen dapat dikenakan secara proporsional kepada pelanggan. Akan tetapi inti permasalahannya sebenarnya bukan pada kompensasi itu, melainkan adanya itikad dan upaya transparansi dan akuntabilitas Telkom dalam melayani pelanggannya.

Dengan masuknya Flexi sebagai incumbent di Subang, semoga tidak mengalihkan fokus Telkom terhadap pelayanan pelanggan fixed line yang sudah "berkorban" selama ini. Keberadaan operator seluler lainnya justru akan saling melengkapi dan mendukung demi kemajuan bersama. Selamat kepada Flexi!

Sabtu, 07 Juni 2008

Basa Sunda Kumaha Wartosna?

A

Abdi (Arab), lemes tina kuring; abdi-abdi, rayat: Abdi-abdi arusaha sangkan kaamanan buru-buru pulih deui; ngabdi, ngawula: Parapagawe padajangji, moal ngijing sila bengkok sembah, enggoning ngabdi ka nagara teh.

Abong, abong-abong, abong deui, abong kena, sok dikedalkeun lamun aya hal anu karasana teu merenah, teu pantes atawa teu hade: abong biwir teu diwengku, abong letah teu tulangan (babasan), jelema anu ngomongna sakarep-karep (ngomong teu reujeung wiwaha): abong-abong usum sagala mahal, nawarkeun teh teu kira-kira; abong deui barang-bere teh, bet ngan sasiki; abong kena (kena-kena) geus beunghar, teu nanya-nanya acan.

U

Udik (Jakarta), girang, daerah nu jauh ti laut; mudik, maju ka girang, nyaba ka pagunungan; hilir-mudik atawa milir-mudik, ka hilir ka girang pulang-anting; udikan, anak kancra (kancra ngarendogna di walungan bagian girangna).

Ujug-ujug, jol-jol: Teu gugur, teu angin, ujug-ujug ngambek, teu disangka atawa teu aya tanda-tanda ti awalna, jol-jol....

Subang Up Close & Personal

Kecamatan Subang

Letak Geografis
  • Sebelah Utara : Kecamatan Ciniru, Kab. Kuningan
  • Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis
  • Sebelah Timur : Kecamatan Cilebak, Kab. Kuningan
  • Sebelah Barat : Kecamatan Selajambe, Kab. Kuningan

Cakupan Wilayah

  • Desa Subang
  • Desa Bangunjaya
  • Desa Gunung Aci
  • Desa Situgede
  • Desa Pamulihan
  • Desa Jatisari
  • Desa Tangkolo

Struktur Pemerintahan

  • Ibukota : Desa Subang
  • Kecamatan : Subang
  • Kabupaten : Kuningan
  • Provinsi : Jawa Barat

Akses Jalan

  • Sebelah Barat : 28 km dari jalan raya Ciamis - Kuningan, masuk dari persimpangan Desa Cipasung, Kecamatan Dharma, Kabupaten Kuningan, melewati wilayah Kecamatan Dharma, dan Kecamatan Selajambe. Rute ini adalah akses utama menuju Kecamatan Subang dengan kondisi jalan berhotmix cukup baik dan kombinasi tanjakan serta turunan yang relatif mudah dilalui.
  • Sebelah Timur : dari Kota Kuningan, kearah Timur melewati jalan raya Kecamatan Luragung, Kecamatan Ciwaru, dan Kecamatan Cilebak. Rute ini adalah akses alternatif menuju Kecamatan Subang dengan kondisi jalan beraspal penetrasi dan kombinasi tanjakan serta turunan yang relatif ekstrim terutama di perbatasan Kecamatan Cilebak dan Kec. Ciwaru. Dibeberapa bagian jalan antara Kecamatan Subang, Kecamatan Cilebak dan Kecamatan Ciwaru kondisinya rusak dan harus dilalui dengan sangat hati-hati.
  • Sebelah Selatan : dari Kabupaten Ciamis melewati Kecamatan Rancah, dan masuk ke wilayah Kecamatan Subang melalui Desa Tangkolo, Desa Jatisari dan Desa Pamulihan. Rute ini adalah akses alternatif menuju Kecamatan Subang dari arah Kabupaten Ciamis dengan kondisi jalan beraspal penetrasi dan kombinasi tanjakan serta turunan yang relatif ekstrim. Dibeberapa bagian jalan antara Desa Pamulihan, Desa Jatisari dan Desa Tangkolo dalam keadaan rusak dan harus dilalui dengan ekstra hati-hati.

Fasilitas Pendidikan

  • Sekolah Menengah Umum : SMA Negeri Subang
  • Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri Subang, MTSN Subang
  • Sekolah Tkt. Dasar : SD Negeri Subang (4 buah), MIN Subang (1 buah), dan disetiap desa sudah terdapat sekolah dasar negeri
  • Sekolah Taman Kanak-Kanak : TK PGRI Subang

Potensi Religi

  • Agama yang Dianut : Islam
  • Masjid : Masjid At-Taqwa (Masjid Terbesar di Desa Subang), Masjid Al-Istiqomah (di Kampung Rengganis, Desa Subang), Masjid Nurul Huda (di Kampung Sukasari, Desa Subang), Masjid Kampung Tarikolot, Masjid Kampung Cirahayu, dan disetiap kampung dan desa sudah terdapat masjid.
  • Pesantren : Pesantren Al-Istiqomah (di Kampung Rengganis, Desa Subang), Pesantren Roudotul Mubtadi'in (di Kampung Doyong, Desa Subang), dan Pesantren Kyai Sulaeman di Kampung Sukasari, Subang.

Potensi Wisata

  • Mata Air Cipanas, merupakan wisata alam air panas dengan kandungan belerang tinggi. Berlokasi di Kampung Cikadu, Desa Subang. Berjarak kurang lebih 3,5 km ke arah utara dari pusat Desa Subang. Dapat diakses dengan berjalan kaki atau naik sepeda motor melewati kebun dan persawahan masyarakat dengan kondisi jalan yang belum sepenuhnya memadai untuk dilalui. Tempat wisata ini merupakan asset pemerintahan Desa Subang yang belum tergarap, meskipun sudah cukup dikenal di wilayah Kuningan dan Ciamis dan mendapat banyak kunjungan. Area rekreasi yang cukup populer saat mudik.
  • Wajit Subang, merupakan penganan dari ketan yang telah diolah dengan menambahkan gula merah, dibungkus dengan kelopak jagung, kemudian dijemur sebagai metode pengeringannya. Wisata kuliner yang sudah cukup dikenal, namun masih terkendala dalam pemasaran dan konsistensi mutu produk.

Banyak Jalan Menuju Subang

Diketinggian Antara Cilebak dan Ciwaru, Dilatarbelakang adalah Cilebak dan Gunung Subang

Jalan ke Subang di Persawahan Antara Jalatrang dan Cilebak

Perbatasan Cilebak dan Ciwaru, Kabarnya Dulu sebagai Tempat Persembunyian DI/TII

Subang has Connected by Telkomsel, Indosat & XL BTS

Kembali ke Subang

Sudut Kolam-kolam Ikan di Rengganis, Subang

Sisi Lain dari Kolam-kolam Ikan di Rengganis, Subang

Komplek Pesantren Al-Istiqomah di Rengganis, Subang

Sungai Cimonte di Sekitar Sukasari, Subang

Kamis, 05 Juni 2008

Siapa, Ada Dimana?

"Kau lagi dimana,
bersama siapa,
sedang berbuat apa?"

Pernah dengar lagu dengan lirik itu? Kalau tidak salah dinyanyikan oleh penyanyi jiran Malaysia, Winnie K. Liriknya agak nakal dan nyelidik ya. Karena pertanyaannya nakal, maka jawabannya juga pasti iseng, pengen tahuuu aja...!

Tapi kali ini konteknya bagi Urang Subang, rasanya boleh dong pertanyaannya kita modifikasi sedikit biar terlihat lebih santun... kira-kira menjadi: "Siapa, ada dimana?". Tidak salah lagi pertanyaannya diarahkan bagi Urang Subang yang mengembara di perantauan.

Kalau bicara tentang Urang Subang dalam "pengembaraan", rasanya seperti tipikal pedesaan lainnya potensi demografi Kecamatan Subang pun berciri Piramida Terbalik. Mayoritas penduduk yang tinggal secara permanen di desa adalah anak-anak, penduduk usia paruh baya dan lanjut. Bagian tengah piramida yang harusnya diisi oleh kaum muda, "terlibat" migrasi ke perkotaan dengan berbagai alasan dan motivasi, diantaranya untuk melanjutkan studi dan bekerja.

Barangkali masih teringat dimasa lalu, Urang Subang punya Giri Taruna. Tentang kelembagaan ini, suatu waktu perlu dibahas secara khusus. Tapi intinya Giri Taruna dimasa itu cukup berperan dalam menyatukan tali silaturahmi Urang Subang di pengembaraan dan yang tinggal menetap di Subang. Suatu masa yang sangat indah, sentimental dan berkesan, semoga akan terulang.

Agar terjalin silaturahmi seperti masa-masa itu, sepertinya perlu dimulai kembali memetakan posisi Urang Subang, Siapa, ada dimana? Sebenarnya tidak sulit untuk memetakannya, karena seperti masyarakat lainnya, komunitas Urang Subang pun lebih sering berkelompok. Tinggal dengan kesamaan budaya atau kampung halaman lebih mungkin menjadi pilihan, sebagai contoh China Town, Kampung Bali, Kampung Arab, ... dan Little Subang!

Ayo bersilaturahmi dengan memetakan kembali Urang Subang, Siapa, ada dimana? (Anda bersama siapa, sedang berbuat apa?) Report kepada kami ya, Wassalam!

Senin, 02 Juni 2008

Rendezvous

Halaman ini diperuntukkan bagi anda, jika ingin menyapa, ngobrol atau berkirim salam. Oh ya, kirim-kirim kabar ya!

Jumat, 30 Mei 2008

Beranda Subang

Persawahan di Rengganis, Subang

Sungai Cimonte, Sukasari Subang

Persawahan di Sukasari, Subang

Persawahan di Rengganis, Subang

Pulang Kampung ke Subang!

Mencintai... berawal dari tertarik, mengenal, dan berempati.... Oh ya, rasanya semuanya perlu proses, berarti datangnya tidak ujug-ujug, hit & run apalagi. Tradisi mudik tahunan atau pulang kampung adalah momen yang terbaik untuk kenal lebih dekat dengan kampung kita. Mungkin belum cukup, terlebih bila siklus pulang kampungnya lebih lama semisal berselang dua tahun, setahun sekali ke Subang dan tahun berikutnya ke kampung mertua. Perlu dikombinasikan dengan alasan lainnya, seperti saat acara syukuran keluarga yaitu sunatan dan pernikahan. Atau acara transfer dana via RTGS dan LLG ke anggota keluarga di Subang, atau yang lebih kekinian yaitu acara transfer pulsa ke Subang, sesekali digantikan dengan kunjungan silaturahmi on location. Rasanya akan lebih menarik bukan?

Lagi-lagi budget pulang kampung menjadi question mark? Kendala terbesar ya, saat biaya transportasi sebagai dampak kenaikan BBM menjadi topik memusingkan. Soalnya pulang kampung dengan tangan hampa, Apa Kata Dunia? Seterotipe bahwa masyarakat kota lebih "beruntung" daripada masyarakat desa, sepertinya telah menjadi cara pandang mayoritas. So, pulang kampung menjadi beban mental saat raga insani hadir di kampung, tetapi jiwa tertinggal di kota karena budget mepet, ngga bisa "berbagi". Masih cukup lumayan sih, bila masih ada niatan untuk berbagi...!

Pulang kampung dengan hadir secara ragawi seberapa pentingkah? Debatable rasanya, soal selera dan cara pandang, soal kemampuan, urgensi, dan momen. Pulang kampung alternatif seperti melewati forum ini, bisa jadi pilihan efisien, tatkala seluruh komponen biaya hidup melambung tinggi. Dunia maya tidak berarti dunia khayal! Semuanya dengan plus dan minusnya, lagi-lagi tergantung rasa dan pilihan masing-masing.

Selamat Pulang Kampung di dunia maya!