Selamat Datang di Situs Wajit Subang. Ayo Bersilaturahmi Dekatkan Rezeki!

Jumat, 26 Desember 2008

Selamat Tahun Baru 1430 H

Selamat Tahun Baru
1 Muharram 1430 H
adalah
Momentum untuk Berhijrah

Rabu, 24 Desember 2008

Kontemplasi

Di penghujung bulan ini ada dua momen penting. Dua-duanya menandai berakhirnya perhitungan tahun, pun mengawali tahun yang baru. Menjadi kian penting karena hampir bersamaan tahun 1429 Hijriyah akan segera digantikan dengan tahun 1430 Hijriyah, disusul oleh tahun 2008 yang akan segera berganti pula dengan tahun 2009.

Tidak semata merayakan detik-detik pergantian tahun dengan berbagai "tradisi", namun selalu ada harapan untuk memaknainya.

Pertama, Laporan Tahunan. Laiknya neraca keuangan, akhir tahun adalah periode tutup buku. Artinya adalah saat untuk melaporkan posisi, seberapa besar aktiva kebaikan di pos sebelah kiri, dan bagaimana konfigurasi upaya (equity) untuk memperbesar aset tersebut berupa pasiva di sebelah kanan.

Indikasi harapannya adalah tumbuh positif. Agar tampak perubahannya, maka laporan tahunan minimal disajikan year to year dua tahun terakhir, tentu jika lebih akan tampak kian jelas. Adakah pertumbuhan aset kebaikan dari tahun ke tahun?

Cobalah kita rinci kualitas aset kebaikan tadi. Pos aktiva paling atas tentu saja adalah tabungan atau kas amal baik harian, yang seketika itu juga kita mendapat balasannya. Sebagai contoh: tersenyum, mengucapkan salam, dan berzikir. Amalan dengan feedback relatif cepat. Pos berikutnya adalah piutang amalan, sebagai contoh adalah bekerja mencari nafkah. Di akhir bulan, upaya kerja keras selama sebulan akan menambah saldo rekening kita. Pos lainnya adalah inventori amalan. Harus selalu ada untuk terjaganya stok keimanan kita, seperti contoh: menuntut ilmu, bergaul dengan orang baik, dst. Semakin ke bawah dari urutan pos-pos tadi tentu saja semakin kurang likuiditasnya.

Itu baru current asset, bagaimana dengan fixed asset kita? Barangkali amalan berikut adalah sebagian diantaranya: sholat, zakat, puasa, sedekah dan beribadah haji. Semuanya adalah kebaikan dengan orientasi jauh ke depan, ada nilai jangka pendeknya, namun lebih banyak bernilai akhiratnya. Di pos ini, mesti berhati-hati karena ada penyusutan sebagai faktor pengurang. Sebut saja riya dan takabur. Amalan yang diperbuat dengan ikhlas, jelas akan tercatat menambah aset kebaikan, tanpa pengurang sedikit pun.

Kedua, Proyeksi. Banyak waktu dan tenaga telah dicurahkan untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang tengah dihadapi. Atau menjaga posisi seperti pada poin pertama tadi, atau men-zoom in terlalu lama target-target harian kita. Pada akhir tahun ini, adalah saatnya men-zoom out target-target dalam kontek timeline kehidupan ini. Recall memory merupakan salah satu upayanya, sehingga tampak mata rantai atau kaleideoskopnya. Adakah puncak-puncak terbaik yang telah dilewati? Atau justru palung-palung dalam lebih mendominasi rentang grafik kebaikan kita?

Kontemplasi atau muhasabbah adalah poinnya. Yaitu menempatkan perjalanan masa lalu untuk menjadi cerminan menentukkan langkah ke depan, sehingga tiap jejak terjaga dalam konteks. Upaya menimbang-menimbang, mengukur yang lebih dan yang kurang, bahkan bisa lebih kualitatif, seperti sudah diridloikah tiap nafas kita.

Jangan biarkan hidup tanpa target, atau bertarget tapi diluar konteks ilahiah. Bertargetlah setinggi langit... dan berupayalah membumikannya... tentu melalui do'a dan ikhtiar!

Saatnya berkontemplasi... Selamat Tahun Baru!

Kamis, 11 Desember 2008

Rese...si(h) Global

At first, I was afraid, I was petrified
Kept thinking, I could never live without you by my side
But then I spent so many nights thinking, how you did me wrong
And I grew strong and I learned how to get along

Oh, no, not I, I will survive
Oh, as long as I know how to love, I know I’ll stay alive
I’ve got all my life to live, I’ve got all my love to give
And I’ll survive, I will survive, hey, hey



Hari ini adalah Fresh Friday.

Hari kerja terakhir bagi sebagian besar pekerja di Jakarta. Ya, tentu saja menjelang weekend adalah hari dimana para pekerja bersemangat untuk datang ke kantor. Ibarat tensimeter, awal pekan selalu dihantui oleh I hate monday, lalu grafiknya perlahan merangkak naik hingga menggapai puncaknya di hari Jum'at.

Jika hari Senin, selalu ditandai oleh muka tertekuk dengan sejuta alasan untuk datang terlambat di tempat kerja, maka atmosfir di hari Jum'at sangat berbeda. Hari Jum'at adalah hari "batik nasional". Sebagian lainnya adalah hari "casual nasional". Di korporasi tertentu, pekerja menanggalkan seragam berdasi yang formal itu dengan seragam yang lebih fashionable. Biasanya bermotif lengan pendek dengan warna lebih atraktif dan colourfull, hingga atribut badge berupa logo dan jargon perusahaan yang tersebar dibagian baju ala sponsorship pembalap di sirkuit. Bahkan di tempat lain jeans dan t-shirt berkerah menjadi dresscode yang "halal" untuk dipakai.

Atmosfir lainnya adalah bike to work. Hari Jum'at yang relatif "longgar", menjadi hari yang dinanti oleh masyarakat Bike to Work untuk menggoes sepeda ke tempat kerja. Sepertinya cara ini cukup efektif untuk mensosialisasikan program udara bersih dan kebiasaan berolahraga. Di beberapa instansi pemerintah nuansa aerobik mania ala Cucak Rowo menghiasi halaman perkantoran di pagi hari. Barangkali ini menjadi sebuah breakthrough atas rutinitas harian yang cenderung satu tone.

Hmm... hari ini saya bersama Mba Yanti mengisi Fresh Friday dengan memenuhi undangan sebuah pembukaan plaza di bilangan Pondok Gede. Alunan lagu Gloria Gaynor seperti penggalan diatas baru saja berlalu. Lagu yang populer di era 70-an itu, dinyanyikan oleh Delia menandai usainya seremonial. Lalu, tepukan hadirin menyambutnya.

Kali ini Delia yang bergaun warna silver tampak silky. Rupanya Delia menjadi host di acara itu. Diiringi oleh band pemenang dalam kontes band di Sentra Bisnis Pondok Gede itu, pilihan lagu yang dibawakannya cukup tepat. I will Survive!

Pembukaan sebuah sentra bisnis kendati berupa perluasan dari yang eksisting, tampaknya cukup menantang di tengah-tengah resesi (global) seperti sekarang. Namun seperti yang dinyatakan oleh pengembangnya, bahwa keyakinan akan peluang di tengah kesempitan harus selalu ada. Bukan tanpa alasan, karena masa-masa sulit seperti krisis ekonomi tahun 1998 dan musibah kebakaran di tahun 2000 pernah dilaluinya. Artinya tanpa bermaksud takabur, jika dibandingkan dengan kondisi yang lalu, kondisi sekarang jauh lebih baik.

Saya rasa spirit optimisme inilah poinnya. Bahwa selalu ada celah diantara karang. Bahwa selalu ada cahaya diantara kegelapan. Bahwa selalu ada solusi diantara berjuta masalah. Bahwa selalu ada harapan ditengah keputusasaan. Maksud saya adalah meski resesi mendera, semestinya senyuman tetap mengembang... yah dunia adalah kumpulan masalah... life must go on, mari urai satu-satu dengan senyuman!

Berharap resesi (global) tidak menjadi rese... si(h) global! Yes, We will survive!



Minggu, 07 Desember 2008

Ayat Ayat Setia

Ada yang tersembunyi,
terasa tak terkatakan...
Ada yang terpateri padamu,
satu harapan...

Kurang lebih demikian, penggalan dari sebuah bait puisi di buku paket Mata Ajaran Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka semasa sekolah di SMA Negeri I Kuningan dulu. Persis dan lengkapnya... mohon maaf sudah terlupa.

Bait-bait puisi itu saya ingat-ingat, dan dikesempatan lain saat buku tugas dari tiap siswa dikumpulkan, saya sempatkan untuk menyalinnya... tentu saja bukan dibuku saya, melainkan dihalaman terakhir tepatnya dibagian dalam buku lovely girl... gadis impian... sebagai pesan singkat... the signal...ha..ha...!

Naksir sih iya, namun tak cukup keberanian untuk menyatakan diri heart to heart. Penggalan bait puisi itu, rasanya sangat mewakili apa yang tergerak dihati... daleeem!

Lagi-lagi itu dulu, waktu telah merubahnya. Rasanya kondisi anak muda sekarang jauh lebih ekspresif, lebih lugas, bahkan mungkin terlalu percaya diri, kalau ngga mau dikatakan nekat. Anda masih ingat, program-program televisi seperti: Katakan Cinta, Playboy Kabel, dan sejenisnya. Akan tergambar bahwa kawula muda kini memiliki energi berlebih untuk mengatakan "sesuatu" tidak hanya dari cowok ke cewek, akan tetapi bisa sebaliknya tanpa ragu... sekali lagi tanpa ragu...! Meskipun, hasilnya belum "terukur" sebelumnya, sehingga penolakan menjadi kenyataan pahit yang wajib dihadapi. Namanya juga usaha... kilahnya.

Saya pun sempat kaget, tatkala keponakan saya yang masih duduk di bangku SD kelas lima nyeletuk "Selingan Indah Keluarga Utuh", saat mengomentari topik terhangat di infotainment kini. Rupanya ekspose yang masif dari media masa seperti televisi, tabloid, majalah, koran, internet dan media privat seperti telepon selular, tidak menyisakan ruang personal tanpa terpapar berita-berita itu. Artis dengan gaya selebritas hingga bagian privatnya menjadi konsumsi dan bahan keingintahuan publik. Laiknya rumus demand & supply, artis dan industri infotainment bak gayung bersambut.

Wabah greene yang memandang rumput tetangga lebih "hijau", rupanya juga melanda hampir-hampir sebagian besar ikatan sakral, yang telah mapan sekalipun seperti perkawinan. Maksud saya, kasus selingkuh alias SLI, alias Selingan Indah Keluarga Utuh, alias ada WIL, atau ada PIL menjadi semakin sering dijumpai.

Lalu, dimana letak kejujuran dan kesetiaan kini?

Hmm... sudah saatnya mengaktifkan kembali antivirus... Selingkuh...The Virus! Tentu saja dengan cara meng-update definite kejujuran dan kesetiaan terbaru secara periodik, atau memperbaiki firewall dan defender keimanan setiap ada kesempatan. Atau mungkin dengan meng-cleaning hidden agenda dengan memperbaiki registry keterbukaan. Energi berlebih ada baiknya dialokasikan untuk merawat rumput dihalaman agar selalu hijau, mungkin bisa lebih hijau dari rumput "tetangga". Siapa tahu?

Intinya adalah integritas dan komitmen. Godaan mencoba dan berspekulasi memang terbuka luas, terlebih bagi mereka yang memegang kendali atas "fasilitas" penunjang ke arah itu. Mudah untuk terpeleset, namun sangat sulit untuk bangkit... berpikir ribuan kali mungkin lebih baik...! Jangan sampai Selingan Indah Keluarga Utuh berubah menjadi Selingan Indah Karir Runtuh atau Selingan Indah Keluarga Runtuh!

Waspadalah, tidak hanya karena niat tapi juga sebab ada kesempatan!

Jumat, 05 Desember 2008

Selamat Hari Raya Iedul Adha 1429 H

Selamat Merayakan Iedul Adha
10 Dzulhijah 1429 H
adalah...
Hari Berbagi dan Peduli Sesama

Selasa, 02 Desember 2008

Paperless

Ema ema meuli cabe,
boboko murag di dapur
Ema ema nyeri hate,
kabogoh di rebut batur

Hayang teuing rujak jambu,
ngeunah soteh dicikuran
Hayang teuing ka urang Cijambu,
geulis soteh dipupuran

Hmm... sudah cukup lama ya ngga mendengar baris-baris seperti itu. Itu adalah buah tangan semasa kecil, saat berlibur di rumah nenek di Pangandaran. Long time ago... kira-kira hampir tiga puluh tahun yang lalu... ha...ha... sekarang udah tuir dong!

Ketika kembali lagi ke Subang, ada "gadis kota" yang baru datang dan menjadi teman main. Sambil memeluk batang pohon kelapa, dinyanyiin deh baris-baris diatas, so sweet deh!

Dalam Budaya Sunda baris-baris itu disebut sisindiran. Yaitu bahasa yang diatur, biasanya murwakanti (memiliki kesamaan bunyi), dan bisa dinyanyikan (dikawihkeun), terdiri dari kulit (cangkang) dan isinya. Dua baris pertama adalah kulit dan dua baris terakhir adalah isinya. Semacam pantun dalam Budaya Melayu.

Selain sisindiran dikenal pula paparikan, rarakitan, dan sesebred. Budaya Sunda lainnya adalah Kinanti, Sinom, Asmarandana, Pupuh, dan Dangdanggula. Kesemuanya merupakan tradisi lisan dalam Budaya Sunda. Pada jamannya berfungsi sebagai media penyampai pesan, dan memiliki nilai kesenian.

Jaman telah bergeser, tradisi lisan kian ditinggalkan. Tradisi tulis dan cetak menggantikannya. Jika dulu mendongeng adalah tradisi tutur yang digemari, kini tradisi baca adalah penggantinya. Sehingga buku, majalah, tabloid, dan koran sesak memenuhi lemari-lemari perpustakaan. Sayangnya di Indonesia, sebelum budaya baca mengakar di masyarakat, teknologi visual sudah buru-buru hadir, sebut saja televisi, film, dan video. Sehingga disaat budaya baca belum internalized, tradisi tonton serta merta menggantikannya.

Tradisi tutur adalah tradisi "ramah lingkungan", karena identik dengan paperless. Tidak butuh berlembar-lembar kertas untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Semua konten tersimpan di memori kepala dengan rapi, dan siap dipanggil ulang saat akan dituturkan. Artinya kemampuan mengingat adalah kuncinya. Parameternya menjadi berbeda bila dibandingkan dengan masa sekarang. Jika "keilmuan" seseorang dimasa kini ditandai dengan deretan sekian banyak judul buku di perpustakaan pribadinya, maka pada masa yang lalu motifnya adalah seberapa banyak ia dapat bertutur dan menyimpan ilmu yang diketahui di dalam benaknya. Jadi seberapa banyak ia dapat menghafal? Bandingkan, hebat mana ya?

Maksud saya adalah meskipun teknologi kertas telah ditemukan berabad-abad yang lalu di Cina oleh Tsai Lun sekitar 105 M (lihat Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michel H. Hart), tetapi leluhur kita rupanya telah "sadar lingkungan". Penggunaan kertas yang berlebihan tentu akan menguras sumberdaya hayati, karena berarti semakin banyak pohon yang akan ditebang. Kian banyak hutan yang akan dirambah, maka semakin luas hutan yang berubah menjadi lahan marjinal hingga menjadi padang pasir...!

Sebelum semuanya terlambat, ada baiknya tradisi bijak masa lalu menjadi stimulus bagi kita. Sebagai contoh tradisi tutur tadi, semakin banyak mengingat rasanya akan semakin baik bagi kelestarian lingkungan, daripada semakin banyak mencetak... atau e-book mungkin lebih greene daripada hardbook... atau hal-hal yang tidak memerlukan otentisitas, second paper lebih tepat digunakan daripada new paper... atau recycle paper lebih bersahabat daripada kertas terbuang di keranjang sampah.

Tidak hanya dalam urusan tutur, orang dahulu juga bercita rasa dan sentimental dalam menyikapi situasi. Ketika mendengar cerita yang mengharu biru lewat dongeng dan sandiwara di radio, ia menghapus tangisan dengan sapu tangan. Bayangkan jika itu digunakan untuk menghapus derai air mata pasangan anda, dan anda yang melakukannya, kian romantis bukan?

Bandingkan juga saat orang dulu masuk ke toilet, semuanya dilakukan full hand contact dengan air sebagai media pembersih, lebih intim bukan? Atau saat pagi minum teh tubruk, lebih higienis dan bercita rasa bukan? Lagi-lagi semuanya paperless...!

Jadi gagasan go green, sebenarnya mudah untuk dimulai... tanpa kehilangan intimasi dan romantisme...! Maka bersiaplah dengan tradisi tutur yang baik, dan jangan lupa membawa sapu tangan, siapa tahu kesempatan itu ada... hmmm... menghapus air mata... siapa ya?

Entahlah...