Selamat Datang di Situs Wajit Subang. Ayo Bersilaturahmi Dekatkan Rezeki!

Selasa, 29 Juli 2008

Jadwal Perjalanan KA Cirebon Ekspress

Bagi Urang Subang yang bermaksud mudik atau melakukan perjalanan ke Subang Kuningan dengan menggunakan jasa transportasi kereta api, KA Cirebon Ekspress bisa menjadi alternatif moda yang aman, cepat dan nyaman. Semoga informasi berikut dapat membantu (PT. KAI, 1 Juli 2008).

KA Cirebon Ekspress

  • Trayek: Stasiun Gambir Jakarta - Stasiun Cirebon pp.
  • Kelas Kereta: Eksekutif dan Bisnis (dalam satu rangkaian total 8 gerbong)
  • Harga Tiket: Rp.60.000,- (Kelas Bisnis), Rp.75.000,- (Kelas Eksekutif), Rp.36.000 (Anak-anak)
  • Layanan Kelas Eksekutif: Gerbong ber-AC, Reclining Seat, TV, Snack & Air Mineral, Bantal, Permen dan Tissue Penyegar
  • Layanan Kelas Bisnis: Gerbong ber-fan, Tissue Penyegar, Bantal (optional)
  • Jadwal Perjalanan:
  • Layanan Tambahan: Gerbong Restorasi dengan menu makanan dan minuman berdasarkan pesanan (diluar biaya tiket).
  • Lainnya: Bagi anda yang akan meneruskan perjalanan ke Kota Kuningan, menjelang tiba di Stasiun Cirebon anda akan diinformasikan layanan antar jemput sampai ditempat dengan biaya tambahan (terpisah). Jika anda berminat bisa mendaftar kepada petugas.
  • Tiket bisa dipesan 30 hari sebelum hari h keberangkatan di loket pemesanan, atau di loket hari keberangkatan pada hari h anda melakukan perjalanan.
  • Pada hari libur sebaiknya anda mempersiapkan atau memesan tiket jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan karena bisa jadi anda kehabisan tiket bila membeli pada hari h keberangkatan.

Subang Kuningan, Lost in Contact!

Hmm... rasa-rasanya sudah hampir dua bulan tidak bisa menyapa keluarga di kampung lewat telepon fixed line-nya Telkom. Karena cuek pada orang tua dan keluarga di kampung, atau karena ketiadaan fasilitas alternatif untuk menghubungi?

Bukan-bukan itu masalahnya. Sejauh ini memang hanya telepon Telkom yang menjadi tumpuan untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga di Subang. Pertama, karena dari sisi tarif cenderung lebih "terjangkau" khususnya tarif bicara pada saat-saat hari libur atau diluar jam-jam sibuk. Kedua, karena hanya fasilitas itu yang memungkinkan bicara secara langsung dengan anggota keluarga dan yang telah tersedia di rumah keluarga.

Biasanya tradisi silaturahmi via telepon berlangsung satu atau dua kali dalam sebulan. Content-nya tidak jauh dari mencari tahu kabar keluarga atau sekedar update informasi. Tentu bukan untuk sekedar basa-basi, melainkan upaya untuk menjalin kedekatan dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Mumpung mereka masih ada. Kalau tidak mengontak mereka diwaktu yang cukup lama, rasanya seperti dihantui dosa. Joledar, itulah kata yang tepat.

Bagi saya, ikatan batin diantara manusia yang terasa paling kuat adalah kaitan batin dengan orang tua, sehingga kebutuhan untuk curhat, tanya kabar, kendati sudah berkeluarga dan tinggal berjauhan dalam waktu yang cukup lama, tetap perlu dan mutlak dipenuhi. Ada semangat dan darah baru tatkala usai mendengar suara orang tua di ujung telepon. Ya.. semangat untuk menjalani hidup, semangat untuk membahagiakan orang tua, atau semangat untuk berbuat baik lainnya. Terkadang semangat tersebut melemah dikeramaian dan kesibukan menjalani rutinitas di perkotaan. Semacam recharged dalam kontek kekinian... dari low batt menjadi fully charged.

Waktu-waktu yang biasanya fully mood adalah sesaat setelah shalat subuh usai. Saat orang tua kembali dari mesjid kecil di depan lapangan bola, saat embun masih bergelayut, saat kabut masih menyelimuti atmospir Subang, dan saat fajar mulai beranjak diufuk timur. Biasanya tradisi keluarga di pagi hari dimulai dengan sajian kopi dan teh manis di ruang keluarga. Terkadang ditemani serabi dan tempe goreng yang diiris tipis berselaput terigu. Membicarakan hal-hal yang terjadi dengan tema dari agama sampai politik, dari issu lokal sampai mancanegara. Tapi intinya memang pembicaraan nasihat-menasihati dan upaya menjalin komunikasi. Pagi yang masih segar sangat mendukung untuk itu.

Meski diujung telepon suasana tersebut selalu saya rasakan. Dengan tarif diskon SLJJ untuk jangkauan area diatas 150 km sebelum peak hour, berbincang antara 5-10 menit sudah cukup untuk mengobati kerinduan yang amat sangat akan kampung halaman.

Semoga Telkom dapat merasakan dengan hati dan berempati... apa yang dirasakan mungkin tidak hanya oleh saya... lost in contact!

Sabtu, 05 Juli 2008

Flexi Oge Lebet ka Subang!

Oh ya, dalam waktu dekat Flexi akan segera mengudara di langit Subang lo! Artinya sudah ada empat operator selular yang membuat Subang tetap connected. Tiga dari jaringan berbasis GSM yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL, serta satu berbasis jaringan CDMA yaitu Flexi dari PT. Telkom.

Sesungguhnya, Subang dapat keluar dari isolasi komunikasi dimulai pada saat PT. Telkom masuk dengan jaringan fixed line-nya sekitar tahun 2000-an. Namun sayang pertumbuhan jumlah pelanggannya mengalami stagnasi atawa segitu-gitu aja dan yang itu-itu aja, mulai dari awal masuk hingga sekarang! Selain terbatas hanya melayani pusat Desa Subang, tampaknya upaya menambah jumlah pelanggan pun sangat minimal. Terbukti di halaman putih residensial yang di-update tiap tahun dan dikirim secara gratis kepada pelanggan, muka-muka lama saja yang dapat ditemui. Kalau coba dihitung komunitas penggunanya diperkirakan tidak akan lebih dari 50 nomor pelanggan. Adapun profil pelanggannya terdiri dari instansi pemerintah, perbankan, kantor pos, usaha swasta, wartel, dan sisanya pelanggan personal.

Telusur punya telusur, stagnasi jumlah pelanggan Telkom di Subang diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa hal:
  • Upaya ekspansi Telkom melalui channel pemasaran kurang maksimal,
  • Subang diperkirakan belum masuk ke dalam wilayah penyumbang profit bagi Telkom,
  • Daya beli dan urgensi masyarakat untuk berkomunikasi via telepon belum tumbuh,
  • Ketidakterjangkauan dalam biaya instalasi dan minimnya petugas instalasi,
  • Infrastruktur jaringan Telkom belum mapan, karena tingkat offline jaringan relatif masih tinggi disebabkan oleh kerusakan hardware pada tower penghubung,
  • Pada saat fixed line belum mapan di Subang, sudah disusul dengan booming mobile phone.

Permasalahan yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah tingkat offline jaringan yang relatif masih tinggi. Prosentase offline-nya jika dirata-ratakan bisa mencapai 50% per tahun, artinya hanya enam bulan dalam setahun saja telepon di rumah atau kantor pelanggan ada nada tone-nya dan dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Maaf, selebihnya telepon berdebu dan menghiasi ruang tamu rumah pelanggan di Subang. Tingkat kepastian bisa dihubungi dan menghubungi adalah urat nadi bisnis telekomunikasi, sehingga dari beberapa unit wartel yang ada sejak Telkom masuk harus berujung sekarat.

Sejauh ini Telkom belum memberi perhatian terhadap masalah ini, terlebih lagi pelanggan tetap dibebankan biaya abodemen rata-rata sebesar Rp.32.000,- per bulan meski pesawat telepon offline penuh di bulan tersebut. Tentu saja itu bukan kesalahan pelanggan, sehingga kompensasi yang terbaik adalah membebaskan pelanggan dari biaya abodemen bulanan pada saat pesawat offline penuh selama sebulan. Adapun bila offline terjadi dalam beberapa hari di bulan itu, maka abodemen dapat dikenakan secara proporsional kepada pelanggan. Akan tetapi inti permasalahannya sebenarnya bukan pada kompensasi itu, melainkan adanya itikad dan upaya transparansi dan akuntabilitas Telkom dalam melayani pelanggannya.

Dengan masuknya Flexi sebagai incumbent di Subang, semoga tidak mengalihkan fokus Telkom terhadap pelayanan pelanggan fixed line yang sudah "berkorban" selama ini. Keberadaan operator seluler lainnya justru akan saling melengkapi dan mendukung demi kemajuan bersama. Selamat kepada Flexi!