Selamat Datang di Situs Wajit Subang. Ayo Bersilaturahmi Dekatkan Rezeki!

Jumat, 21 November 2008

Sundanese Food Phenomenon

Pernahkah membayangkan manusia hidup tanpa makanan?

Gambaran yang agak dekat ada di film James Bond terbaru Quantum of Solace. Saat itu Dominic Greene musuh Bond "dibiarkan" hidup di tengah gurun pasir dengan kaki terluka, tanpa air, tanpa makanan, dan tanpa alat bantu lainnya. Bond hanya meninggalkan satu kaleng botol berisi oli mobil dari bagasi Range Rover-nya. Belakangan diketahui, Greene tewas dengan perut terisi oleh oli mobil yang ditinggalkan Bond. Sebuah satir dari keserakahan Greene yang bernafsu menguasai gurun pasir yang ujung-ujungnya adalah penguasaan sumberdaya air yang terkandung didalamnya. Dari film itu, sedikitnya tergambar bahwa manusia tidak mungkin lepas dari kebutuhan akan makanan dan minuman. Hanya untuk sekedar bertahan hidup sekalipun, apalagi jika mempertimbangkan terpenuhinya gizi bagi pertumbuhan dan kesehatan.

Syukurlah... itu hanya sepenggal kisah di film. Di alam nyata "nasib" kita lebih baik dan lebih beruntung dari Greene. Buktinya, di sekeliling kita mudah ditemui "sumber-sumber" makanan. Yang saya maksud adalah para penjual makanan, dari kelas gerobak dorong sampai resto terapung, dari kudapan (snack) sampai makanan berat (meal), dari kelas lokal sampai impor, dari kelas tradisional sampai kontemporer, dari kelas kaki lima (streetfood) sampai bintang lima, dari yang mandiri sampai waralaba (franchise), atau dari yang lesehan sampai kendaraan lewat (drive through).

Pasca krisis moneter yang berlanjut krisis ekonomi pada tahun 1998 (hmmm... sekarang masih krisis ngga ya?), mulai terlihat bisnis makanan memasuki masa-masa emas. Ditandai oleh maraknya kafe-kafe di perkotaan mulai kelas kafe tenda sampai kafe yang ekslusif di kawasan terpandang. Barangkali, makanan adalah salah satu pelarian di tengah-tengah tekanan ekonomi yang menghimpit... Rasanya perlu survei atau minimal jajak pendapat untuk membuktikan kaitan peningkatan nafsu makan dengan tingkat stress yang diderita...!

Jika Greene mengkampanyekan hidup lebih "hijau" sebagai reaksi atas pemanasan bumi (global warming), sehingga menjadi "jualan" negeri-negeri maju di berbagai forum mulai forum bilateral, unilateral, multilateral, regional bahkan global. Maka kesadaran hidup lebih "organik" pun melanda ranah kuliner, sebagai reaksi atas merebaknya instan food dan junk food.

Seiring booming kuliner yang didorong percepatannya oleh liputan di televisi Indonesia, dan kekhawatiran akan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, asam urat, dan obesitas, maka masakan nusantara atau lebih konvergen lagi masakan Sunda yang cenderung bermotif "organik" mulai diterima secara luas di masyarakat perkotaan.

Jika anda dari Tol Kebon Jeruk - Merak dan exit di gerbang tol Serpong, di sepanjang Jalan Raya Serpong cukup banyak dijumpai restoran yang representatif bernuansa Parahiangan, sebut saja: Pondok Kemangi, Warung Nasi Ampera, Waroeng Sunda, Bumbu Desa, Bumbu Sari, Rumah Makan IHC (Ibu Haji Ciganea), Sari Kuring, Kampoeng Aer, dll. Jika dikombinasikan dengan masakan laut (seafood) dan masakan Indonesia akan lebih banyak lagi resto yang cukup beken di sekitar Serpong, diantaranya: Sarang Kepiting, Raja Kepiting, Pesona Kepiting, D' Cost, Lautan Seafood, dan masih banyak lagi. Dijamin anda tidak akan kesulitan untuk memanjakan lidah anda jika melewati jalur "sutera" kuliner ini. Barangkali justru anda akan kesulitan mencari tempat parkir, gara-gara membludaknya peminat di tempat yang anda kunjungi.

Ada satu tempat favorit yang hampir setiap Sabtu atau Minggu pagi saya sambangi. Namun tidak seperti nama-nama beken diatas, yang ini tampilannya jauh dari wah... tidak juga berada di pusat kota yang prestisius. Tapi, selalu saja dipadati pengunjung yang membawa kendaraan. Letaknya kurang lebih lima kilo meter ke arah timur dari Puspitek Serpong. Bila sewaktu-waktu anda melewati ruas antara Puspitek menuju Gunung Sindur, disebelah kanan jalan anda akan menemukan banyak kendaraan sedang di parkir, tidak salah lagi anda telah sampai di warung makan Ibu Haji Nunung. Cobalah mampir!

Makanannya tidak cukup variatif, yang tersedia tidak jauh dari sop daging sapi, sayur asam, pepes tahu, pepes jamur, ikan goreng, tempe goreng, udang goreng terigu, sambal dan lalapan. Menu yang disajikan pun hampir tiap hari tidak banyak berubah. Dari sekian menu tadi, ada satu yang jarang ditemui di tempat lain yaitu acar mentimun. Berbeda halnya dengan acar mentimun biasa, di warung makan Ibu Haji Nunung mentimun masih terlihat utuh, hanya terdapat belahan menyilang dari atas ke bawah, tempat bumbu meresap. Tampak segar dan unik. Rasanya tentu saja sangat berbeda...!

Dari sisi penyajian juga sangat biasa, pengunjung bebas mengambil sendiri nasi dan lauk pauk yang diminati. Minuman pun hanya teh hangat atau paling banter teh manis, air jeruk dan beberapa teh dalam botol. Jangan membayangkan bisa lesehan atau menikmati gemericik air terjun buatan, atau partisi kaca yang dilewati air terjun mini disini. Atau sejuknya pendingin udara dan derit printer dari mesin cash register. Namun senyum tulus dan keramahan Ibu Haji Nunung, serta kesederhanaan itulah yang menjadi nilai tambah. Laiknya kita berada di rumah sendiri, tidak usah merogoh kocek yang agak dalam. Saat membayar pun tergantung kejujuran anda, termasuk jika anda lupa menyebutkan apa saja yang anda makan. Dan memang saatnya Masakan Indonesia, khususnya Masakan Sunda menjadi tuan di negerinya sendiri.

Ya, Sundanese Food Phenomenon!
Tidak semuanya dapat dijelaskan dan dimengerti, namun dapat dinikmati.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

cihuiiiiii..........iii ayeuna mah aya nu mirah wa kanggo ngakses internet teh .....!!!! ngangge indosat M3 per 250 menit mung lima rebu perak huuuuh bingahna ieu hate sareng rerencangan teh kalah sarurak mun kongang mah meuren jaroged komo a iwan mah kalah ajrag-ajragan, enya dasar si eta tukang heureuy .kabayang moal jahat pulsa teuing....... punten wa lah ieu teh kedahna mah ngomentaran postingngan pun ua tapi wios lah teu nyambung ge bakating ku bingah, sareng punten kedahna mah ngiring nge-link teh wawartos heula, dasar boga dulur nurustunjung bebeja enggeus he......he.....punten sakali deui wa lah ayeuna nembe wawartos. caaaag lah....

Adirahman mengatakan...

Wilujeng, live... in internet powered by IM3. Moga-moga bukan sinyal ku(m)at Indosat... he..he..

BUDI SANTOSA mengatakan...

bade naroskeun carana nambihan gadget kanggo Chat mode..........???
kumahanya........?????? diantos walerana.....!!!!!!!!!!!

Adirahman mengatakan...

Ayi Budi, diantawis penyedia gadget chat box gratis nyaeta di: http://www.cbox.ws/getone.php.
Saatos signup di situs eta, klik tag publish di kiri atas situs. Ke pendak sareng code html cbox, kantun copy paste bae ka kolom gadget nu bade ditambihkeun di blogspotna tea (Tag layout>add a gadget>gadget HTML/JavaScrift>paste>save)
Sok cobian gampil pisan!

Anonim mengatakan...

HATUR NUHUN MUGIA JANTEN IBADAH........AMIIIIIIN .....

agus suprastyo mengatakan...

hallo bos,
saya mau mencari rekan kerja di bidang kuliner bagi yang berminat silahkan email ke agus.suprasty@yahoo.co.id atau 085271252221 untuk didaerah pekanbaru, dan masalah pembagian hasil nanti bisa melalui kesepakatan bersama
trims