1 Muharram 1430 H
adalah
Momentum untuk Berhijrah
Banyak cara untuk mengenang kampung halaman, tempat kelahiran, tempat masa kecil dan dibesarkan, tempat tradisi mudik, tempat kembali dari hiruk pikuk di perantauan, atau mungkin tempat menikmati masa-masa pensiun. Subang Kuningan, kampung halaman yang indah, meski jauh tapi hati merasa selalu terpaut dan merindukannya. Ingin selalu kembali ke pangkuannya, miss You!
Atmosfir lainnya adalah bike to work. Hari Jum'at yang relatif "longgar", menjadi hari yang dinanti oleh masyarakat Bike to Work untuk menggoes sepeda ke tempat kerja. Sepertinya cara ini cukup efektif untuk mensosialisasikan program udara bersih dan kebiasaan berolahraga. Di beberapa instansi pemerintah nuansa aerobik mania ala Cucak Rowo menghiasi halaman perkantoran di pagi hari. Barangkali ini menjadi sebuah breakthrough atas rutinitas harian yang cenderung satu tone.
Hmm... hari ini saya bersama Mba Yanti mengisi Fresh Friday dengan memenuhi undangan sebuah pembukaan plaza di bilangan Pondok Gede. Alunan lagu Gloria Gaynor seperti penggalan diatas baru saja berlalu. Lagu yang populer di era 70-an itu, dinyanyikan oleh Delia menandai usainya seremonial. Lalu, tepukan hadirin menyambutnya.
Kali ini Delia yang bergaun warna silver tampak silky. Rupanya Delia menjadi host di acara itu. Diiringi oleh band pemenang dalam kontes band di Sentra Bisnis Pondok Gede itu, pilihan lagu yang dibawakannya cukup tepat. I will Survive!
Pembukaan sebuah sentra bisnis kendati berupa perluasan dari yang eksisting, tampaknya cukup menantang di tengah-tengah resesi (global) seperti sekarang. Namun seperti yang dinyatakan oleh pengembangnya, bahwa keyakinan akan peluang di tengah kesempitan harus selalu ada. Bukan tanpa alasan, karena masa-masa sulit seperti krisis ekonomi tahun 1998 dan musibah kebakaran di tahun 2000 pernah dilaluinya. Artinya tanpa bermaksud takabur, jika dibandingkan dengan kondisi yang lalu, kondisi sekarang jauh lebih baik.
Saya rasa spirit optimisme inilah poinnya. Bahwa selalu ada celah diantara karang. Bahwa selalu ada cahaya diantara kegelapan. Bahwa selalu ada solusi diantara berjuta masalah. Bahwa selalu ada harapan ditengah keputusasaan. Maksud saya adalah meski resesi mendera, semestinya senyuman tetap mengembang... yah dunia adalah kumpulan masalah... life must go on, mari urai satu-satu dengan senyuman!
Berharap resesi (global) tidak menjadi rese... si(h) global! Yes, We will survive!
Saya merasa tak berarti, tak bahagia, ... dan hal lain turunannya...? Jauh-jauh deh... !
Zorro pun yang alone ranger... ngga merasa loneliness ya!
QoS merupakan kelanjutan dari Casino Royale (2006). QoS adalah film Bond ke-22 yang telah berhasil diproduksi dan diedarkan. Di dua film terakhir ini, James Bond diperankan oleh Daniel Craig. Seperti tradisi film James Bond sebelumnya pemeran Bond selalu diperankan oleh aktor berdarah Inggris. Craig pun demikian, ia kelahiran Chester dan besar di Liverpool.
Di film ini, beberapa tradisi Bond tetap dipertahankan, sebut saja keberadaan Bond Girls, Aston Martin, dan Miss Moneypenny. Kali ini Bond Girls diperankan oleh Olga Kurylenko sebagai Camille. Selain itu selalu ada "Bond Girls" lainnya, dalam film ini Gemma Arterton berperan sebagai Agent Fields. Sedangkan Miss M diperankan kembali oleh Judi Dench.
Sejak berakhirnya era Pierce Brosnan, saya termasuk yang kurang bersemangat menonton Bond. Sepertinya Brosnan sudah cukup melekat dalam peran Bond. Sehingga pada saat Casino Royale dengan Craig sebagai pemeran Bond-nya, saya absen menonton di bioskop. Rupanya pemikiran saya hampir mirip dengan review kritisi film saat itu. Craig rasanya terlalu "kokoh", padahal dalam benak saya Bond tidak seperti Rambo yang sangat berotot itu.
Barangkali karena stereotip terhadap Craig, di film ini pun saya melihat banyak yang "hilang" dari Bond yang pernah saya tonton. Sebut saja seperti: Bond kali ini sangat "serius", padahal Bond sering tampil lucu melalui sindiran atau ungkapan-ungkapan lainnya. Bond yang pandai memikat wanita dengan gaya flamboyannya, juga sama sekali tak tampak. Arena pamer peranti teknologi canggih pun, kini tidak ada lagi. Padahal yang terakhir ini, adalah daya tarik yang sangat menonjol dari film-film Bond. Yang masih tersisa adalah adegan kejar-kejaran baik di darat dengan Aston Martin kebanggan Inggris itu, dan kejar-kejaran di air dan udara. Tema tentang penguasaan "sumberdaya" juga adalah hal lain yang masih bisa ditemui di film ini.
Durasi film QoS pun relatif lebih singkat, sekitar 90 menit. Karenanya pada adegan-adegan tertentu seperti saat kejar-kejaran di bagian awal film, pergerakan kamera terlalu cepat. Alhasil detil adegan tidak jelas, siapa menabrak apa, karena mirip penggunaan handycam di tangan amatir. Beberapa adegan juga terlihat terlalu "biasa" misalnya adegan ledakan-ledakan gedung di gurun pasir. Dari alur cerita, bahkan sangat monoton. Bond jadi seperti Rambo, banyak "membunuh". Jalan cerita sangat fokus kepada konflik internal Bond karena terbunuhnya Vesper Lynd yaitu Bond Girls di film Casino Royale sebelumnya. So, bagaimana kisah petualangan Bond selanjutnya akankah Box Office seperti Bond sebelum-sebelumnya. Masihkah terdengar lagi ungkapan I am Bond... James Bond!
Casting:
Filmography:
Lalu... euforia itu menyeruak tidak hanya di dalam negeri AS, melainkan dari ruang publik hingga ruang privat di belahan bumi lainnya. Bahkan di Indonesia tak kalah hebohnya, dari media masa sampai media komunitas, dari televisi berita sampai televisi infotainment, dari presiden sampai rakyat jelata, dari kota sampai ke desa. Persis layaknya di film Armagedon saat AS berhasil "menyelamatkan" dunia dari hantaman asteroid. Dimana seluruh bagian jagat ini, bersorak sorai dan ikut suka cita.
Sebagai bangsa yang hidup berdampingan, sepatutnya untuk menyampaikan Congratulation to Mr. US President! Seperti kita pun menyampaikan hal yang sama kepada Bpk. Ahmad Heryawan dan Bpk. Dede Yusuf atas terpilihnya menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Atau kepada Bpk. Aang Hamid Suganda dan Bpk. Aan Suharso atas terpilihnya menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kuningan.
Namun satu hal bahwa Amerika adalah negeri dengan sistem yang sudah terbentuk secara mapan. Artinya bahwa kebijakan politik, khususnya politik luar negeri AS terhadap negeri-negeri berkembang, atau lebih konvergen lagi terhadap negeri-negeri muslim, tidak serta merta akan berubah dengan terpilihnya Obama. Dengan kata lain, presiden boleh berganti tapi kebijakan akan tetap sama, atau partai berkuasa boleh berganti tetapi haluan politik luar negeri kurang lebih akan sama. Demikian halnya dalam cara pandang terhadap issue Irak, Afghanistan, Iran dan negeri muslim lainnya, karena seperti di Indonesia ada UUD 45, di AS pun ada amanat undang- undangnya. "Penyimpangan" terhadap undang-undang berarti pengkhianatan bagi negerinya.
Rasanya perlu dicermati pula seperti pernyataan Presiden Rusia Dimitri Medvedev kemarin yang mengatakan bahwa Amerika adalah biang dari kekacuan dunia. Dari lubuk hati terdalam, awam pun akan berkata demikian, terbukti tatanan politik dan ekonomi dunia sangat rentan dengan kondisi di AS. Saat AS memasuki resesi ekonomi, Indonesia justru terseret-seret dengan indikasi nilai tukar rupiah dan bursa saham rontok. Demikian halnya saat AS dalam kondisi diatas angin pun, dua indikator finansial itu pun tak kunjung membaik. Lagi-lagi semua karena ketergantungan terhadap mono cadangan devisa dalam USD.
Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa kemenangan Barrack Obama atas John Mc Cain dengan proporsi 349 delegasi dan 147 delegasi, ada baiknya ditempatkan secara proporsional pula. Dapat dimaklumi bahwa profil Obama dianggap mewakili "kepentingan" dunia berkembang, disebabkan "keterkaitan" dengan tanah kelahiran orang tuanya di Kenya, Afrika. Atau bagi Indonesia, serasa ikut "memiliki" karena pada timeline history, Obama pernah menjadi bagian masyarakat Indonesia dari tahun 1968-1971. Namun pada muaranya, kemandirian secara politik dan ekonomi Indonesia adalah jauh lebih penting.
Euforia tentang Barry kecil yang pernah bersekolah di SDN 01 Menteng Jakarta Pusat, pernah diasuh oleh kakak angkat pribumi, pernah memiliki keluarga di Indonesia, perasaan mengenal secara dekat dengannya dimasa itu, dan kisah sentimental lainnya tidaklah sepenuhnya keliru. Namun jika sebagai bangsa lantas merasa geer bahwa dengan terpilihnya Barry... nasib kita serta merta akan berubah? Rasa-rasanya ada yang salah dalam diri kita. Good Luck Barry!
Setelah pilih nomor dan sedikit isi data, saatnya pulang bawa Matrix untuk menjajalnya di rumah. Tidak lebih dari tiga jam kemudian, Matrix ternyata sudah aktif, surprise juga! Aktivasi Matrix dicoba via handset, semuanya berjalan lancar. Tapi ternyata itu belum cukup, saat setting modem HSDPA Huawei E220 barulah ada kendala. Karena merasa waktu kian mepet tanpa ada solusi, sepertinya perlu mengibarkan bendera putih. Selepas shalat maghrib, kembali ke Botani Square sambil bawa back pack untuk mendapat pencerahan setting-an modem ke penjaga stand. Stand girls cukup kerepotan, mulai dari baca buku pintar, sampai perlu kontak mentornya dikeriuhan pengunjung mall. Problem setengah terselesaikan saat mentor Indosat yang kebetulan sedang diluar tugas mampir di stand. Akhirnya setengah pekerjaan lainnya diselesaikan di rumah.
Bagaimana hasilnya? Cukup melelahkan pekerjaan sederhana jadi terkesan rumit, gara-gara tidak menemukan koneksi padahal simcard sudah aktif. Namun, seperti cerita di film endingnya selalu membahagiakan. Koneksi GPRS dengan sinyal penuh akhirnya nongol di pojok kiri dan indikasi upload dan download mulai menampakan tanda-tanda kehidupan. Sayang koneksi impian dengan speed yang cepat, belum menjadi kenyataan. Saatnya menutup notebook, dengan berharap mimpi indah malam ini!
(Bersambung...)
Jakarta - Subang via Subang Cikamurang
Berikut Peta Mudik 2008 (www.cybermap.co.id):
Peta Mudik Banten - DKI Jakarta - Jawa Barat (Bagian Utara)
Peta Mudik Banten - DKI Jakarta - Jawa Barat (Bagian Selatan)
Peta Mudik Jawa Tengah - Jawa Timur (Bagian Utara)
Peta Mudik Jawa Tengah - Jawa Timur (Bagian Selatan)
Peta Mudik Jawa Timur - Madura (Bagian Utara)
Peta Mudik Jawa Timur - Bali (Bagian Selatan)
Selamat mudik!
Berhati-hati di jalan, selamat berkumpul bersama keluarga!
Target adu layangan tak lain adalah putusnya benang atau kenur dari layangan lawan. Oleh karenanya langlayangan dipersenjatai dengan benang gelasan. Yaitu benang yang telah ditempeli pecahan gelas yang telah ditumbuk halus dan dicampur bubur lem. Bubur lem tadi dioleskan pada sepanjang tali benang, lalu dibiarkan hingga kering. Setelah kering benang mampu memotong kenur atau benang langlayangan lawan dalam duel tadi.
Benang gelasan yang sudah jadi umumnya dijual di warung atau toko kelontong di Subang. Tetapi jika mau kreatif, bisa dibuat sendiri dengan hasil sedikit kasar, tergantung sentuhannya. Ketajaman gelasan yang baik mampu menggores telapak tangan, sehingga pemakaian kaos tangan pada saat adu layangan dapat mengurangi resiko itu.
Hal yang menarik dari episode adu layangan adalah munculnya fanatisme kampung. Sebut saja jika dua layangan bertemu dari Blok Manis dan Blok Kliwon atau dari Blok Pahing dengan Blok Puhun dan seterusnya. Permainan menjadi tambah seru, karena melibatkan supporter dari kedua belah pihak. Agar layangan bisa menjangkau lintas kampung, benang yang terentang bisa ratusan hingga ribuan meter. Duel layangan berakhir tatkala salah satu atau kedua layangan putus.
Saat itulah, acara mengejar layangan putus dimulai. Merupakan akhir cerita adu layangan, yang semarak dengan kejar-kejaran, adu kecepatan dan keberanian. Bahkan hingga manjat pohon pun dilakoni untuk menggapai layangan yang tersangkut diranting pohon.
Hampir sama dengan langlayangan, kolecer juga disukai oleh anak-anak dan orang dewasa. Kolecer yang dimiliki oleh orang dewasa, biasanya lebih besar. Semakin besar ukuran kolecer, diharapkan semakin besar pula suara yang dihasilkan. Ngajelegur adalah efek suara yang dinanti dari sebuah kolecer idaman. Biasanya ditandai dengan kembalinya posisi tiang bambu dari posisi tegak sebagai antiklimaks dari tiupan angin. Tetapi ternyata tidak semua kolecer mampu meraih oktaf ngajelegur tadi. Sebagian kolecer hanya mampu ngereng, atau malah cuma sekedar berputar kencang.
Tidak kalah dengan layangan, kolecer pun mengundang fanatisme. Setiap kampung punya tempat tersendiri untuk menancapkan kolecernya. Pasiran Manggu biasanya tempat favorit bagi warga Bulak Caringin, Pasiran Simpur bagi warga Paleben, Pasiran Dogdog bagi warga Jati dan Tarikolot, Pasiran Wuni bagi warga Sukasari dan Doyong. Kontes ngajelegur adalah bagian dari persaingan dan fanatisme tadi. Bahkan telah memunculkan tokoh tersendiri, diantaranya Pak Jumhur dari Paleben, Pak Eddi Wirya dari Bulak Caringin, Pak Eho dari Jati, dan lainnya. Semuanya adalah "the expert" yang mewakili kampung masing-masing.
Dikalangan anak-anak beredar cerita, bahwa permainan kolecer ini konon membuat heran tentara Jepang semasa penjajahan di Indonesia. Sampai-sampai tentara Jepang membongkar tanah disekitar tiang kolecer untuk mencari tahu dimana letak mesin yang membuat kolecer berputar dan menghasilkan suara. Apa betul ya?
(Bersambung...)
Bagi Urang Subang yang bermaksud mudik atau melakukan perjalanan ke Subang Kuningan dengan menggunakan jasa transportasi kereta api, KA Cirebon Ekspress bisa menjadi alternatif moda yang aman, cepat dan nyaman. Semoga informasi berikut dapat membantu (PT. KAI, 1 Juli 2008).
KA Cirebon Ekspress
Permasalahan yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah tingkat offline jaringan yang relatif masih tinggi. Prosentase offline-nya jika dirata-ratakan bisa mencapai 50% per tahun, artinya hanya enam bulan dalam setahun saja telepon di rumah atau kantor pelanggan ada nada tone-nya dan dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Maaf, selebihnya telepon berdebu dan menghiasi ruang tamu rumah pelanggan di Subang. Tingkat kepastian bisa dihubungi dan menghubungi adalah urat nadi bisnis telekomunikasi, sehingga dari beberapa unit wartel yang ada sejak Telkom masuk harus berujung sekarat.
Sejauh ini Telkom belum memberi perhatian terhadap masalah ini, terlebih lagi pelanggan tetap dibebankan biaya abodemen rata-rata sebesar Rp.32.000,- per bulan meski pesawat telepon offline penuh di bulan tersebut. Tentu saja itu bukan kesalahan pelanggan, sehingga kompensasi yang terbaik adalah membebaskan pelanggan dari biaya abodemen bulanan pada saat pesawat offline penuh selama sebulan. Adapun bila offline terjadi dalam beberapa hari di bulan itu, maka abodemen dapat dikenakan secara proporsional kepada pelanggan. Akan tetapi inti permasalahannya sebenarnya bukan pada kompensasi itu, melainkan adanya itikad dan upaya transparansi dan akuntabilitas Telkom dalam melayani pelanggannya.
Dengan masuknya Flexi sebagai incumbent di Subang, semoga tidak mengalihkan fokus Telkom terhadap pelayanan pelanggan fixed line yang sudah "berkorban" selama ini. Keberadaan operator seluler lainnya justru akan saling melengkapi dan mendukung demi kemajuan bersama. Selamat kepada Flexi!
Cakupan Wilayah
Struktur Pemerintahan
Akses Jalan
Fasilitas Pendidikan
Potensi Religi
Potensi Wisata