Demikianlah 5 November 2008, merupakan hari yang teramat penting dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Barrack Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 dan sebagai presiden terpilih pertama dari ras Afro-Amerika. Perjalanan yang cukup panjang bagi seorang ras bukan kulit putih untuk menjadi presiden di negara "demokratis" tersebut.
Faktanya tidak mudah bagi ras kulit lain, sekedar untuk menjadi calon presiden, bahkan sekedar untuk menjadi calon Senat sekalipun. Obama adalah fenomena, kalau tidak mau dikatakan sebagai pengecualian. Beberapa hal menjadi faktor pendorong, mengapa Obama terpilih.
Pertama, Obama terpilih disaat AS dilanda resesi ekonomi yang kronis, yang ditandai oleh penurunan daya beli masyarakat pekerja, pengangguran yang melangit, PHK yang merebak, anjloknya indikasi pasar finansial, kredit macet yang bersifat masal, sebagai dampak turunan dari lemahnya daya saing perekonomian AS di kancah perekonomian dunia. Jika boleh dibandingkan dengan kondisi Indonesia tahun 1998, kurang lebih krisis ini menjadi trigger bahwa masyarakat ingin perubahan. Kalau di Indonesia butuh "revolusi" untuk terjadinya suksesi, maka di AS krisis ekonomi saja sudah cukup.
Kedua, Obama terpilih disaat kinerja politik luar negeri AS menghadapi tantangan di banyak negara. Kegagalan misi militer di Irak, Afghanistan, Suriah, "permusuhan" terhadap Iran, Korea Utara dan Rusia, serta kampanye perang terhadap terorisme adalah sebagian kinerja negatif pemerintahan AS.
Ketiga, Obama terpilih saat publik AS sedang "alergi" dengan kepemimpinan George W. Bush yang berasal dari Partai Republik. Sehingga dukungan kepada partai Demokrat sebagai partai opisisi terbesar yang mengusung "perubahan" mengalir deras. Momentum tersebut, sesungguhnya kurang lebih mirip saat Pak Harto dipaksa lengser, dan dukungan terhadap Golkar sebagai partai incumbent melemah digantikan oleh Partai PDI Perjuangan, sampai akhirnya Megawati Soekarno Puteri mendapat peluang menjadi Presiden RI.
Lalu... euforia itu menyeruak tidak hanya di dalam negeri AS, melainkan dari ruang publik hingga ruang privat di belahan bumi lainnya. Bahkan di Indonesia tak kalah hebohnya, dari media masa sampai media komunitas, dari televisi berita sampai televisi infotainment, dari presiden sampai rakyat jelata, dari kota sampai ke desa. Persis layaknya di film Armagedon saat AS berhasil "menyelamatkan" dunia dari hantaman asteroid. Dimana seluruh bagian jagat ini, bersorak sorai dan ikut suka cita.
Sebagai bangsa yang hidup berdampingan, sepatutnya untuk menyampaikan Congratulation to Mr. US President! Seperti kita pun menyampaikan hal yang sama kepada Bpk. Ahmad Heryawan dan Bpk. Dede Yusuf atas terpilihnya menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Atau kepada Bpk. Aang Hamid Suganda dan Bpk. Aan Suharso atas terpilihnya menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kuningan.
Namun satu hal bahwa Amerika adalah negeri dengan sistem yang sudah terbentuk secara mapan. Artinya bahwa kebijakan politik, khususnya politik luar negeri AS terhadap negeri-negeri berkembang, atau lebih konvergen lagi terhadap negeri-negeri muslim, tidak serta merta akan berubah dengan terpilihnya Obama. Dengan kata lain, presiden boleh berganti tapi kebijakan akan tetap sama, atau partai berkuasa boleh berganti tetapi haluan politik luar negeri kurang lebih akan sama. Demikian halnya dalam cara pandang terhadap issue Irak, Afghanistan, Iran dan negeri muslim lainnya, karena seperti di Indonesia ada UUD 45, di AS pun ada amanat undang- undangnya. "Penyimpangan" terhadap undang-undang berarti pengkhianatan bagi negerinya.
Rasanya perlu dicermati pula seperti pernyataan Presiden Rusia Dimitri Medvedev kemarin yang mengatakan bahwa Amerika adalah biang dari kekacuan dunia. Dari lubuk hati terdalam, awam pun akan berkata demikian, terbukti tatanan politik dan ekonomi dunia sangat rentan dengan kondisi di AS. Saat AS memasuki resesi ekonomi, Indonesia justru terseret-seret dengan indikasi nilai tukar rupiah dan bursa saham rontok. Demikian halnya saat AS dalam kondisi diatas angin pun, dua indikator finansial itu pun tak kunjung membaik. Lagi-lagi semua karena ketergantungan terhadap mono cadangan devisa dalam USD.
Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa kemenangan Barrack Obama atas John Mc Cain dengan proporsi 349 delegasi dan 147 delegasi, ada baiknya ditempatkan secara proporsional pula. Dapat dimaklumi bahwa profil Obama dianggap mewakili "kepentingan" dunia berkembang, disebabkan "keterkaitan" dengan tanah kelahiran orang tuanya di Kenya, Afrika. Atau bagi Indonesia, serasa ikut "memiliki" karena pada timeline history, Obama pernah menjadi bagian masyarakat Indonesia dari tahun 1968-1971. Namun pada muaranya, kemandirian secara politik dan ekonomi Indonesia adalah jauh lebih penting.
Euforia tentang Barry kecil yang pernah bersekolah di SDN 01 Menteng Jakarta Pusat, pernah diasuh oleh kakak angkat pribumi, pernah memiliki keluarga di Indonesia, perasaan mengenal secara dekat dengannya dimasa itu, dan kisah sentimental lainnya tidaklah sepenuhnya keliru. Namun jika sebagai bangsa lantas merasa geer bahwa dengan terpilihnya Barry... nasib kita serta merta akan berubah? Rasa-rasanya ada yang salah dalam diri kita. Good Luck Barry!
Biografi Singkat Barrack Obama (dari beberapa sumber):
- Tanggal lahir: 4 Agustus 1961
- Tempat lahir: Honolulu, Hawaii, USA
- Pendidikan: Ilmu Politik dari Columbia University, Pendidikan Hukum dari Harvard Law School
- Asal Partai Politik: Demokrat
- Orang tua: Barrack Obama Sr. (lahir di Kenya, Afrika) & Ann Dunham (Besar di Kansas, USA)
- Isteri: Michelle Robinson
- Anak: Sasha (6) dan Malia (9)
- Karir Politik Terakhir: Senat dari Illinois State
Tidak ada komentar:
Posting Komentar