May Day... !
Hmmm... rasa-rasanya sebuah istilah yang jarang sekali terdengar, kalau tidak mau dikatakan asing bagi telinga saya...! Seingat saya frase itu adalah sebuah ungkapan panggilan darurat.
Ternyata memang benar. Mayday adalah sebuah kata kode panggilan darurat yang digunakan secara internasional sebagai sebuah pertanda bahaya dalam dunia komunikasi radio. Berasal dari bahasa Francis m'aider yang berarti tolonglah saya. Anda semua pasti tahu bahwa frase ini banyak digunakan di kalangan polisi, pilot, pemadam kebakaran, dan badan transportasi yang menandai dibutuhkannya sebuah pertolongan darurat.
Jika anda melihat di film-film Hollywood, biasanya pilot mengulang kata tersebut tiga kali berturut-turut. Mayday Mayday Mayday...! Tidak sekedar menggambarkan kepanikan akan sebuah situasi kritis, melainkan guna mencegah salah tangkap karena kesamaan frase akibat kondisi latar suara yang berisik.
Dalam gaya penulisan yang hampir serupa... May Day berarti hari pertama di Bulan Mei. Lalu menjadi hari teristimewa bagi pekerja sejagat, karena menandai perjuangan kelas pekerja dunia untuk meraih hak-hak industrialnya, diantaranya adalah 8 jam kerja, 8 jam istirahat, dan 8 jam rekreasi yang berlaku mulai 1 Mei 1886 di Amerika Serikat.
Ya, hari Jum'at ini adalah Hari Buruh Internasional. Sebuah ritual tahunan bagi kaum pekerja termasuk di Indonesia. Pemandangan khas berupa aksi turun ke jalan, telah menjadi agenda perayaan, khususnya bagi para pekerja di perkotaan. Laiknya penggunaaan istilah "buruh", tentu saja mereka yang tumpah ruah "diwakili" oleh kaum buruh yang didominasi dari berbagai pabrik. Mulai dari pabrik di kawasan berikat, kawasan industri, atau diluar itu. Mulai dari kawasan metropolitan hingga ke pinggiran kota. Kalau di Jakarta, berarti dari arah barat datang dari Tangerang, Serang bahkan hingga ke Cilegon. Dari arah selatan, mereka datang dari Depok, Bogor sampai Sukabumi. Dari arah timur, konvoi kendaraan berasal dari Bekasi, Cikarang, Karawang, Subang, Purwakarta dan Bandung.
Jika dulu substansi yang diusung "terbatas" pada reduksi jam kerja, maka aksi buruh kontemporer mengalami "perluasan". Namun semuanya bermuara pada dinamika dua kepentingan yaitu buruh dan pengusaha. Bak permainan tarik tambang, siapa yang mau mengulur dan siapa yang mau menarik, hanyalah soal momentum. Tapi di alam nyata, problemnya menjadi teramat rumit, karena keduanya seringkali mewakili ideologi dunia yang saling berebut pengaruh. Tak lain dari isme: sosialisme dan kapitalisme. Sejarah telah mencatat gara-gara kedua isme, dunia terbelah dua menjadi Timur dan Barat, hingga ke satuan kota terkecil seperti Berlin Barat - Berlin Timur, Korea Utara - Korea Selatan, Vietnam Utara - Vietnam Selatan.
Meski telah berbilang abad, problemnya "masih seperti yang dulu". Yang itu-itu aja, hampir tidak pernah beranjak. Benang merahnya tetap sama, perjuangan mengenai "keadilan" dan "kesejahteraan". Hanya chasing yang berubah. Diantara tema kontemporer adalah tenaga kontrak, outsourcing, upah dibawah standar, phk sepihak, diskriminasi suku, ras, gender & agama, jam kerja, dan perlindungan buruh.
Aksi mereka dengan bermandi peluh diterik matahari yang menyengat, sesungguhnya bukan tanpa resiko. Mereka pun menyadari, bayang-bayang sangsi dan peringatan mengintip berada dibelakangnya. Apalagi kalau bukan skorsing dan phk, karena dianggap terlalu "vokal" sehingga manjadi ancaman "makar" bagi perusahaan dimana ia bernaung. Minimal dianggap membawa "aura" negatif bagi rekan kerja yang berusaha "patuh". Sudah banyak "korban" berjatuhan di ranah itu.
Rasa frustasi atas kondisi yang dialami buruh, tak jarang berujung anarkhi, hingga bermuara dijeruji dan kehilangan segala apa yang ada ditangannya. Lagi-lagi para pekerja secara keseluruhan lah yang seringkali "menikmati" buah perjuangan mereka. Buah ke-"vokalan" mereka sebagai kelompok penekan, yang berteriak lantang di hadapan pengusaha dan penguasa.
Termasuk saya... hari ini saya mendapat kado kecil dari mereka. Sebuah kemacetan jalanan akibat aksi buruh menuju arah pulang, telah membuat saya letih dan penat. Lalu, memaksa saya mampir di sebuah department store untuk rehat dan "window shopping". Surprise... name tag yang sehari-hari tergantung di baju sebagai ID karyawan, mendadak beralih fungsi. Pramuniaga dengan ramah menyampaikan: "Dalam rangka memperingati Hari Buruh... cukup dengan menunjukkan ID karyawan, selain diskon yang telah ada, anda akan mendapatkan diskon tambahan 20%...!"
Hmm... awalnya ragu, namun mungkin ini adalah momen terbaik untuk mengganti seragam yang mulai lusuh. Dan saatnya menunjukkan ID kepada kasir... sebagai perayaan May Day!
Selamat Hari Buruh...!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar