Sudah nonton film James
Bond terbaru?
Demikianlah ungkapan pertama, tatkala mengisahkan perjalanan
film Bond sebelumnya (Quantum of Solace) pada blog ini, lebih dari
empat tahun yang lalu. Tidak terasa film Bond
yang telah berhasil diproduksi dan diedarkan ke seluruh dunia mencapai
film ke-23. Kali ini film yang berkisah tentang aksi agen rahasia Inggris M16 itu
bertajuk Skyfall.
Saya baru sempat nonton film ini lima hari paska peredaran perdana Skyfall di tanah air mulai tanggal 1
November 2012. Tentu saja memanfaatkan momen nonton hemat yang biasanya diplot setiap
hari Senin atau weekdays. Di momen weekend (Jumat – Minggu) meskipun hari
libur terkadang sayang juga ya… untuk tipikal penonton budjet seperti saya. By the way… penggemar film 007 di Indonesia cukup beruntung, karena
bisa menyaksikan lebih dulu dibandingkan di AS yang direncanakan tayang perdana
mulai tanggal 9 November 2012. Sedangkan di Inggris pemutaran perdana telah berlangsung
sejak 23 Oktober 2012 yang dihadiri oleh Pangeran Charles.
Adakah sesuatu yang istimewa di film Skyfall?
Skyfall sebenarnya
merujuk ke sebuah nama tempat di Skotlandia, tempat semasa kecil James Bond, yaitu wilayah pedesaan
terpencil yang terletak diperbukitan berhawa sejuk bahkan cenderung dingin. Frase
tersebut sedikitnya terungkap pada penggalan film sesaat menutup reinterview Bond menjadi “agen” dan tertulis
pada sebuah gapura batas wilayah menjelang akhir film.
Film garapan sutradara Sam Mendes ini menjadi momentum
perayaan eksistensi James Bond setelah
melewati kurun waktu 50 tahun, yaitu sejak peredaran pertama film bertitel Dr. No pada tahun 1962, dan setelah
melewati masa lima pemeran Bond yaitu
Sean Connery, George Lazenby, Roger Moore, Timothy Dalton dan Pierce Brosnan. So… terasa istimewa bukan?
Skyfall merupakan
film Bond ke-3 yang diperankan oleh
Daniel Craig, setelah film sebelumnya berjudul Casino Royale (2006) dan Quantum
of Solace (2008). Jika rata-rata produksi/peredaran antar film Bond berkisar dua tahun, maka jeda
dengan film QoS relatif cukup lama.
Lagi-lagi di film ini, tradisi yang tetap dipertahankan
adalah kehadiran Bond Girl, Aston Martin,
Miss Moneypenny, dan M. Setelah
absen di dua film terakhir, figur Q
kini eksis kembali dengan pemeran yang jauh lebih muda. Begitu pula dengan alur
cerita, relatif tidak berubah. Dimulai dengan aksi kejar-kejaran motor yang
selalu tidak biasa – kali ini terjadi diatap genteng di Istambul Turki, terus
tensinya meningkat dengan baku hantam di atap kereta yang melaju cepat
berselang seling melewati terowongan menjadi adegan yang cukup seru di awal
film, hingga akhirnya saat title dan casting utama muncul sebagai “cooling
down”.
Dari sisi tema, film Bond memang selalu adaptif dan aktual dengan isu-isu dunia yang berkembang pada jamannya. Skyfall menurut saya cukup berhasil mengangkat isu-isu kekinian, diantaranya terkait terorisme global, demokratisasi dan krisis ekonomi yang melanda AS dan Eropa. Lebih tepatnya tinjauan tentang urgensi intelejen dikaitkan demokratisasi negara dan keterbatasan anggaran dimasa krisis di satu sisi, dan djsisi lain munculnya kejadian-kejadian kontra intelejen yang selintas tampak “menyerang” keberadaan negara, tapi faktanya justru dilakukan oleh kelompok “opportunis” yang sudah berada diluar “state” demi kepentingan bisnis, penguasaan sumberdaya dan mencari keuntungan semata. Seperti sebuah “kejujuran” alias “pengakuan” diri, bagaimana kelamnya dunia intelejen.
Dengan tema ini, maka alur film juga relatif mengalir dan
tidak membosankan. Film berdurasi 145 menit ini
mampu mengeksplor spot-spot keindahan kota
di Istambul, Turki, suasana malam Shanghai di Cina, landscap London di Inggris,
serta kesunyian pedesaan Skotlandia. Tentu tak kalah menegangkan adalah
aksi-aksi Bond hampir sepanjang film yang
ngga biasa, melalui bantuan sebejibun stunt
professional yang bisa anda lihat di credit
akhir film.
Dan… yang berbeda dari film sebelumnya adalah bahwa Skyfall
sedikit lebih “membumi” dengan mengurangi porsi peranti, gadget dan pernak-pernik heboh ala teknologi James Bond yang biasa disupport oleh Q. Sehingga tampak ada sedikit pergeseran dari pamer teknologi ke
kekuatan karakter sebagai keunggulan film. Bisa jadi pengaruh budjet yang
“dipangkas” karena krisis atau mungkin pula karena akting Daniel Craig yang
kian membaik dibanding dua film sebelumnya. Sentuhan “tradisional” atau katakanlah
sejenis “humanis” tampak dari sikap dan peralatan dalam film ini, diataranya ketika
Bond bercukur dengan pisau cukur ala barber shop Asgar (tapi yang ini beda karena dibantu n berada dipangkuan Eve…he..he..),
atau adapula senjata ala kadarnya ala MacGyver.
Dan yang paling greget adalah akting Judi Dench sebagai M yang selalu hebat… (meski sudah
berumur). Sayang… yang ngga kalah sedihnya
yaitu saat M mengakhiri
karirnya difilm ini, dan harus berganti dengan M yang lain… tatkala M menutup
mata dipangkuan Bond serta mewariskan
“sesuatu” diakhir cerita kepada Bond.
So… Bagaiamana
menurut Anda?
Casting:
- Daniel Craig (James Bond)
- Judi Dench (M)
- Javier Bardem (Raoul Silva)
- Naomie Harris (Eve – Miss Moneypenny/Sekretaris M)
- Brnice Lim Marlohe (Severine – Bond Girl)
- Ben Whishaw (Q)
Filmography:
- Quantum of Solace (2008)
- Casino Royale (2006)
- Die Another Day (2002)
- The World is Not Enough (1999)
- Tomorrow Never Dies (1997)
- Golden Eye (1995)
- License to Kill (1989)
- The Living Daylights (1987)
- A View to A Kill (1985)
- Octopussy (1983)
- For Your Eyes Only (1981)
- Moonraker (1979)
- The Spy Who Loved Me (1977)
- The Man With The Golden Gun (1974)
- Live and Let Die (1973)
- Diamonds are Forever (1971)
- On Her Majesty's Secret Service (1969)
- You Only Live Twice (1967)
- Thunderball (1965)
- Goldfinger (1964)
- From Russia With Love (1963)
- Dr. No (1962)