Apa makna ramadhan bagi anda?
Para ulama memaknai ramadhan dalam tiga fase, yaitu kasih sayang (rahmat), ampunan (maghfiroh), dan pembebasan dari api neraka. Laksana sebuah kejuaraan yang berlangsung sebulan penuh, sepuluh hari pertama adalah babak penyisihan, berlanjut ke semifinal, hingga berujung ke final di hari-hari terakhir ramadhan.
Tidak sekedar fase, bisa juga diartikan volume. Ibarat piramida, bagian bawah selalu bervolume lebih banyak, lalu mengerucut sampai bagian puncaknya. Atau mungkin juga, jumlah barisan jamaah shalat tarawih di hari-hari pertama puasa yang berbilang baris, membludak hingga ke tanah lapang di depan serambi mesjid, sampai tersisa di penghujung puasa tidak berbilang baris lagi. Bisa dikatakan pada saat itu imam merangkap makmum, merangkap muajin, dan merangkap bilal... !
Ramadhan adalah sebuah kompetisi. Yang menggapai garis finish tanpa cela adalah insan terbaik. Di awal peserta selalu banyak. Kemudian seleksi alamiah berjalan, ujian, godaan, iming-iming, kesibukan, kesenangan temporer, bisa berakibat sebagian peserta tidak pernah mencapai finish. Tidak merasakan bagaimana menyentuh pita kemenangan, apalagi naik podium berkalung untaian bunga, disambut gemulai "bidadari" podium yang wangi bersenyum indah, lalu mengangkat tropi juara dengan ditingkahi percikan air samphagne keberhasilan.
Ramadhan di perkotaan memang semarak. Semua mendapat "berkah" tanpa kecuali. Mulai dari pasar tradisional sampai hypermarket, dari pasar kaget di perkampungan sampai mall berkelas di jantung perkotaan. Mall dan pusat perbelanjaan penuh sesak, tempat parkir penuh, trolley tabrakan, kasir super sibuk dengan antrian mengular, hampir tidak ada ruang untuk menjejakan kaki, pendingin udara mendadak jadi pemanas udara... semuanya menjadi overload...!
Pengalaman saya tatkala melewatkan waktu di pusat belanja di seputar bundaran Hotel Indonesia beberapa saat lalu, jika anda melewatkan waktu menjelang maghrib disana, dijamin mencari tempat duduk di food court atau resto sulit minta ampun... semua meja bertulis reserved tidak ada bangku kosong, semua sudah "diduduki". Hingga anda harus "tawaf" berkali-kali sembari membawa nampan ta'jil, barulah mendapat tempat singgah... setelah tebar "intimidasi" agar yang duduk segera berlalu, itupun sambil menunggu petugas pembersih meja yang tidak jua muncul karena sibuk atau memang lagi berbuka juga... lagi-lagi itupun dapat di smoking area...!
Begitulah tensi pasar meningkat tajam menjelang sepuluh hari terakhir ramadhan. Inpus THR yang turun di 14 hari terakhir ramadhan, kian memacu tensi menjadi kencang. Harga-harga kebutuhan sekunder berupa sandang, mungkin tidak selalu mengikuti hukum pasar. Demand yang meningkat drastis, bisa jadi tidak diikuti kenaikan harga, justru pasar dibombardir dengan aneka diskon... akhirnya permintaan menjadi berlipat-lipat kali. Bukan tanpa alasan, semua bergulir atas nama cuci gudang.
Berbeda dengan pasar kebutuhan pokok, harga-harga disini menjadi "liar". Ibu-ibu mendadak pusing tujuh keliling, gara-gara uang ditangan menjadi tiada arti. Selembar uang menjadi tidak cukup, pedagang meminta berlembar-lembar, untuk barang yang sama agar bisa dibawa pulang. Bapak-bapak menjadi terpojok. Rengekan dan tangisan anak-anaknya, membuat kian tak berdaya. Untung masih ada asset tersisa, waktu yang tepat memarkir asset di pegadaian. Seperti headfoto diharian nasional beberapa hari lalu, deretan rapi traktor menjadi asset penolong para petani, diparkiran pegadaian. Sesuai motonya "Menyelesaikan Masalah tanpa Masalah", maka pegadaian menjadi ikut sibuk dan ketiban rejeki tahunan. Akhirnya cashflow in kembali menggairahkan pasar...!
Di sektor keuangan & perbankan, tidak kalah meriah. Perbankan menggelontorkan uang pecahan kecil untuk melayani kebutuhan deposan dan debitur. Penukaran uang kecil menjadi primadona transaksi di kasir-kasir. Antrian di banking hall mengular keluar pintu. Hingga para teller kepayahan, ditengah aneka ragam permintaan nasabahnya. Trend yang sama adalah operasi pasar uang kecil oleh cash management di tempat-tempat tertentu. Bahkan inang-inang sudah lebih dulu memulai, di terminal bus, stasiun kereta, atau tempat keberangkatan lainnya.
Demikianlah tensi pasar mengindikasikan 160/120. Sayang, tensi ramadhan di surau dan mesjid, justru terindikasi sebaliknya, ada koreksi tensi yang tajam... hampir menyentuh batas malfunction, padahal disana juga terjadi diskon besar-besaran dengan itikaf sebagai promo andalan, apalagi 10 hari terakhir...!
Semua ada ditangan anda, itikaf di mesjid atau tawaf di mall... selamat berpuasa!
Sabtu, 05 September 2009
Langganan:
Postingan (Atom)